Sosok di Balik Kesuksesan Ramayana, Raja Ritel Indonesia
RAMAYANA : Salah Satu Ritel Terbesar di Indonesia Adalah Ramayana. - Foto Google/Net--
Radarlambar.bacakoran.co - Ramayana merupakan salah satu merek ritel terbesar di Indonesia yang populer sebagai tempat belanja pakaian, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Namun, tak banyak yang tahu kisah di balik berdirinya jaringan toko ini. Ramayana dikembangkan oleh seorang pengusaha visioner, Paulus Tumewu.
Paulus memulai perjalanan bisnisnya dari kota Makassar, di mana ia membantu mengelola toko kelontong milik keluarganya. Setelah menikah dengan Tan Lee Chuan, Paulus memutuskan pindah ke Jakarta untuk memperluas peluang bisnisnya. Pada tahun 1978, ia mendirikan toko bernama Ramayana Fashion Store, yang kelak berkembang menjadi Ramayana Department Store. Saat itu, usia Paulus baru 26 tahun.
Toko pertamanya dibangun dengan dukungan Agus Makmur sebagai mitra bisnis. Keduanya kemudian membentuk PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk., yang menjadi payung bagi seluruh operasional toko. Pada 1985, mereka membuka gerai Ramayana di Bandung dan mulai menawarkan produk yang lebih beragam, termasuk pakaian, tas, sepatu, dan aksesori. Dalam kurun waktu selama empat tahun, jaringan toko mereka telah berkembang menjadi 13 gerai dengan jumlah karyawan mencapai 2.500 orang.
Pada tahun 1996 perusahaan ini resmi menjadi perusahaan terbuka dengan kode saham RALS di Bursa Efek Jakarta. Jaringan Ramayana terus berkembang hingga menjangkau 40 kota besar di Indonesia. Namun, di tengah ekspansi besar-besaran ini, perusahaan juga menghadapi tantangan. Pada 2005, pendapatan Ramayana mengalami penurunan dengan laba bersih mencapai Rp 302 miliar dari total penjualan Rp 4,3 triliun, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
Meski begitu, keberhasilan Paulus di dunia bisnis sempat membuatnya masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Di tahun 2006, ia berada di peringkat ke-15 dengan kekayaan sebesar US$ 440 juta. Namun, seiring berjalannya waktu, nama Paulus tak lagi masuk dalam daftar tersebut pada 2023.
Hingga September 2024, Ramayana masih beroperasi dengan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 252,7 miliar, meski turun tipis sebesar 0,77% secara tahunan. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya pendapatan perusahaan sebesar 1,26% menjadi Rp 2,11 triliun, serta meningkatnya beban pokok penjualan yang mencapai Rp 1,04 triliun. Selain itu, jumlah gerai Ramayana juga berkurang dari 96 menjadi 91 unit dalam kurun waktu setahun terakhir.
Meskipun menghadapi persaingan yang semakin ketat dan tantangan dalam dunia ritel, Ramayana tetap menjadi salah satu pemain utama yang melayani kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah di Indonesia. (*)