Kejatuhan Konduktor VOC: Kasus Korupsi Hofman di Pantai Barat Sumatra
Kejatuhan Konduktor VOC:akibat Kasus Korupsi Hofman di Pantai Barat Sumatra. Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co -Pada 11 Mei 1717, pemerintah pusat VOC memanggil Coenraet Fredrik Hofman, Komandan Pantai Barat Sumatra, untuk dimintai keterangan terkait penyalahgunaan wewenang. Bersama Hofman, empat bawahannya juga dipanggil untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka yang dituduh telah menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi. Kejadian ini mencuat setelah adanya laporan mengenai ketidakwajaran dalam pengelolaan keuangan VOC di kawasan tersebut.
Penyelidikan oleh Schepmoes
Menanggapi tuduhan ini, pemerintah pusat mengirimkan mantan Gubernur Jenderal Abraham Schepmoes untuk melakukan investigasi di Pantai Barat Sumatra. Hasil penyelidikan yang dilakukannya pada akhir tahun 1717 menunjukkan adanya kekurangan kas sebesar 43.975 rijksdaalder. Investigasi Schepmoes mengungkap bahwa sejumlah pejabat di Benteng Padang telah menyalahgunakan dana perusahaan untuk pembelian barang pribadi, termasuk di antaranya sejumlah tekstil yang disita dari rumah Hofman di Benteng Padang.
Awal Karier Hofman dan Kenaikan Pangkatnya
Coenraet Fredrik Hofman, yang diperkirakan lahir sekitar tahun 1666 di Jerman, memulai kariernya di VOC pada 1686 sebagai kelasi dua dengan gaji rendah. Selama bertugas di berbagai wilayah seperti Ambon, Ternate, dan Batavia, ia menunjukkan kemampuannya dalam menulis dan berhitung, sehingga VOC kemudian mempromosikannya ke berbagai posisi yang lebih tinggi. Pada tahun 1710, ia diangkat menjadi Komandan Pantai Barat Sumatra, dengan pangkat tertinggi dalam birokrasi VOC, kepala pedagang (opperkoopman).
Di Pantai Barat Sumatra, Hofman tidak hanya mengelola urusan administrasi tetapi juga menulis karya etnografis penting mengenai asal-usul dan budaya Minangkabau. Karya ini menunjukkan minatnya terhadap sejarah lokal, yang dilengkapi dengan risalah mengenai sistem pemerintahan di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan Hofman sebagai seorang yang cakap dan berbakat di bidang administrasi.
Korupsi dan Kejatuhannya
Namun, di balik karier yang cemerlang, Hofman terlibat dalam sejumlah praktik korupsi yang merugikan VOC. Bersama dengan bawahannya, seperti Jongtijs dan Draijpon, ia ditemukan telah menggunakan dana VOC untuk kepentingan pribadi. Penggelapan uang perusahaan senilai ribuan rijksdaalder terjadi, dengan beberapa pejabat lainnya, seperti Vlasvat dan van Santen, mengaku bertindak atas perintah Hofman. Bahkan, istri Hofman terlibat dalam kejahatan yang sama, dengan menyogok pedagang untuk terlibat dalam penyelundupan budak demi keuntungan pribadi.
Tindakan ini menyebabkan pemerintah VOC segera memerintahkan untuk menangkap Hofman dan para bawahan yang terlibat. Mereka dibawa ke Batavia untuk disidangkan. Proses hukum berlangsung pada tahun 1719, di mana Raad van Justitie menjatuhkan keputusan yang sangat berat kepada Hofman. Ia dipecat dari jabatannya, dipaksa untuk bekerja tanpa bayaran selama 15 tahun, dan dijatuhi hukuman fisik berupa cambukan di depan umum.
Eksekusi dan Akhir Karier Hofman
Pada usia lebih dari 50 tahun, Hofman mengajukan banding atas keputusan ini, namun permohonannya ditolak. Pada 7 September 1720, ia dieksekusi dan harus menjalani kerja paksa di Tanjung Harapan, sebagai bentuk hukuman atas tindakannya. Kejatuhan Hofman menandai titik nadir dari karier yang pernah sangat menjanjikan, mengingat ia sempat mencapai posisi tertinggi di VOC sebelum akhirnya terjerat dalam skandal korupsi yang mengakhiri hidupnya sebagai pegawai VOC. (*)