Ini Alasan dan Awal Mula Trump Ingin Ambil Kanada, Panama hingga Greenland

Presiden terpilih AS Donald Trump. Foto/REUTERS--

Radarlambar.bacakoran.co- Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali menciptakan kehebohan dengan rencana kontroversialnya yang mencakup niat mengambil kendali atas wilayah-wilayah strategis seperti Kanada, Greenland, dan Terusan Panama. Pernyataan ini menimbulkan berbagai reaksi di kalangan internasional, memicu perdebatan luas tentang motivasi di balik langkah-langkah yang direncanakannya.  

Meskipun Trump kemudian memberikan klarifikasi bahwa rencana tersebut tidak akan dilaksanakan lebih jauh, banyak pihak yang menilai tindakan ini sebagai bagian dari pendekatan kebijakan luar negeri Trump yang dikenal dengan doktrin "America First". Doktrin ini menekankan bahwa AS harus secara agresif mengejar kepentingannya di panggung internasional, bahkan jika hal tersebut memicu ketegangan dengan negara lain.  

Langkah Trump terhadap Greenland, misalnya, diyakini terkait dengan sumber daya mineral tanah jarang dan rute laut baru yang terbuka akibat mencairnya es kutub. Sementara itu, Terusan Panama menjadi sorotan karena posisinya yang strategis sebagai jalur penghubung utama antara Samudra Atlantik dan Pasifik. Trump disebut ingin memastikan bahwa kapal-kapal AS mendapatkan keuntungan lebih besar dari jalur tersebut.  

Di sisi lain, tekanan terhadap Kanada dipandang sebagai upaya untuk mendapatkan kesepakatan perdagangan baru yang lebih menguntungkan bagi produsen AS. Ini sejalan dengan pandangan Trump bahwa negara-negara tetangga harus lebih berkontribusi terhadap kepentingan ekonomi dan pertahanan AS.  

Langkah-langkah kontroversial ini mencerminkan gaya Trump yang cenderung agresif dalam mencapai tujuannya. Sebagai presiden, ia secara konsisten menolak pendekatan multilateral dan lebih memilih kebijakan unilateral yang mengutamakan keuntungan AS.  

Dalam pidatonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2020, Trump menyatakan bahwa setiap negara harus mengutamakan kepentingannya sendiri. Pernyataan ini mempertegas pendekatan Trump yang melihat sekutu maupun lawan sebagai pihak yang harus tunduk pada kepentingan AS.  

Namun, rencana Trump ini juga memunculkan kekhawatiran tentang stabilitas global. Mengambil alih wilayah berdaulat seperti Kanada atau Greenland secara sepihak dapat memicu konflik internasional. Selain itu, upayanya untuk merebut kembali kendali atas Terusan Panama dianggap sebagai langkah yang berisiko menimbulkan ketegangan baru di kawasan tersebut.  

Beberapa pengamat menyebut bahwa rencana Trump lebih bersifat simbolis, sebagai cara untuk menunjukkan dominasi AS di tengah kemunculan poros kekuatan baru seperti China dan Rusia. Meski demikian, langkah-langkah tersebut tetap dianggap sebagai ancaman bagi tatanan internasional yang sudah mapan.  

Jika Trump melanjutkan kebijakan luar negerinya dengan pendekatan yang sama, dunia kemungkinan akan menyaksikan lebih banyak langkah kontroversial yang mengutamakan dominasi AS. Pendekatan ini mungkin efektif dalam jangka pendek untuk mendapatkan kesepakatan ekonomi yang lebih menguntungkan, tetapi dapat berisiko merusak hubungan diplomatik jangka panjang dengan negara-negara lain.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan