BI Rate Berpotensi Turun, Asalkan Amerika Tak Berulah!
![](https://radarlambar.bacakoran.co/upload/609b300781a59d2594c9acb42aba0a56.jpeg)
GEDUNG Bank Indonesia. Foto Akurat---
Radarlambar.bacakoran.co – Bank Indonesia (BI) masih membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) ke depan. Opsi ini didukung oleh proyeksi inflasi yang terkendali, pertumbuhan ekonomi yang stabil, serta tren penguatan nilai tukar rupiah.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa dari sisi inflasi dan pertumbuhan ekonomi, masih ada ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter. Inflasi diperkirakan tetap dalam kisaran 2,5% plus minus 1% pada 2025 dan 2026, sementara pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksikan berada di rentang 4,7%-5,5% pada tahun ini.
Namun, meskipun ada faktor domestik yang mendukung penurunan suku bunga, keputusan BI tetap bergantung pada kondisi eksternal, terutama kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang masih penuh ketidakpastian.
Selain inflasi dan pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah menjadi faktor krusial dalam kebijakan BI. Dalam beberapa hari terakhir, rupiah terus menunjukkan tren penguatan hingga menyentuh Rp16.100 per dolar AS.
Secara fundamental, BI melihat rupiah masih berpotensi bergerak stabil, bahkan cenderung menguat lebih lanjut. Salah satu faktor pendorong adalah masuknya dana asing ke Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada kuartal IV-2024.
Selain itu, kebijakan baru tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mewajibkan 100% dana ekspor disimpan di dalam negeri selama setahun juga diprediksi akan semakin memperkuat nilai tukar rupiah.
Meskipun indikator domestik cukup positif, BI tetap waspada terhadap ketidakpastian global, terutama yang bersumber dari kebijakan ekonomi AS.
Indeks Dolar AS (DXY) sempat berada di level 109, tetapi dalam dua hari terakhir mulai melemah ke angka 108. BI mencermati pergerakan ini karena sangat bergantung pada kebijakan pemerintah AS dan arah suku bunga acuan The Fed (Federal Funds Rate/FFR).
Jika AS mengambil kebijakan ekonomi yang tidak terduga atau tetap mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang, maka dampaknya bisa menekan nilai tukar rupiah dan menghambat penurunan BI Rate lebih lanjut.
Ke depan, keputusan BI untuk menurunkan suku bunga akan sangat bergantung pada:
1. Pergerakan inflasi dan pertumbuhan ekonomi domestik – Jika sesuai prediksi, peluang pemangkasan BI Rate akan semakin terbuka.
2. Kondisi nilai tukar rupiah – Penguatan rupiah akan mendukung kebijakan moneter yang lebih longgar.
3. Kebijakan ekonomi Amerika Serikat – Jika AS "berulah" dengan kebijakan yang agresif, BI bisa menunda pemangkasan suku bunga.
Dengan dinamika ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian, pasar akan terus mencermati langkah BI dalam beberapa bulan ke depan. Jika semua faktor mendukung, maka suku bunga acuan bisa kembali turun, memberikan dampak positif bagi dunia usaha dan pertumbuhan ekonomi nasional. (*)