Israel Mengakui Kegagalannya Membunuh Komandan Hamas Haitham Al-Hawajri: Fakta Baru Terungkap

Hamas menggelar parade di Gaza pada 2021. Militer Israel memperkirakan kekuatan Hamas sebanyak 30.000 anggota sebelum perang berlangsung. (Getty Images)--

Radarlambar.bacakoran.co -Israel mengakui kesalahan besar setelah klaim sebelumnya bahwa Haitham Al-Hawajri, komandan Batalyon Al-Shati Hamas, tewas dalam serangan udara pada 3 Desember 2023 terbukti salah. Serangan itu, yang awalnya diyakini berhasil menewaskan Hawajri, ternyata berdasarkan informasi intelijen yang keliru. Setelah penyelidikan lebih lanjut, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengungkapkan bahwa Hawajri tidak terbunuh dalam serangan tersebut.

Pada awalnya, badan intelijen Israel, termasuk Shin Bet dan Komando Selatan, yakin bahwa mereka telah menghapus salah satu pemimpin Hamas yang penting. Namun, pengakuan ini datang dengan sejumlah kejutan, mengingat betapa pasti dan cepatnya pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh pihak militer Israel setelah serangan tersebut.

Kontroversi Terkait Peran Hawajri dalam Pertukaran Sandera

Seiring dengan kegagalan serangan tersebut, laporan media Palestina mengungkapkan informasi yang mengejutkan. Ternyata, Hawajri adalah sosok yang secara pribadi terlibat dalam proses pengembalian sandera Israel, Keith Siegel, kepada Palang Merah Internasional. Hal ini bertentangan langsung dengan klaim Israel yang sebelumnya menyatakan bahwa Hawajri sudah tewas, menambah kerumitan dalam narasi yang berkembang seputar serangan tersebut.

Pertukaran Tawanan dan Gencatan Senjata yang Berlangsung

Di sisi lain, perjanjian gencatan senjata yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas telah membuka jalan bagi pertukaran tawanan. Tiga sandera Israel, Yarden Bibas (35 tahun), Ofer Calderon (54 tahun), dan Keith Siegel (64 tahun), telah dibebaskan dalam kesepakatan yang juga mencakup pembebasan 183 tahanan Palestina oleh pihak Israel. Ini adalah bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh AS, Mesir, dan Qatar, yang dimulai pada 19 Januari 2025 dan direncanakan berlangsung dalam tiga tahap.

Dampak Perang yang Berlangsung di Gaza

Perang yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023 di Gaza ini menyebabkan kehancuran besar-besaran, dengan lebih dari 47.400 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas. Wilayah Gaza kini menjadi puing-puing setelah serangkaian serangan militer dari Israel. Keadaan ini semakin memperburuk ketegangan internasional, dengan Israel menghadapi tuntutan di Mahkamah Internasional dan Pengadilan Kriminal Internasional terkait kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Dengan semua ketegangan ini, meskipun kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan memberikan sedikit harapan, situasi di Gaza dan peran aktor internasional dalam mediasi konflik ini terus menjadi perhatian global. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan