Pemerintah Buka Sinyal Naikkan Harga Eceran Beras

Pemerintah memberi sinyal untuk meninjau kembali HET beras setelah menerima keluhan dari pedagang. Foto/CNN--

Radarlambar.bacakoran.co- Pemerintah mulai mempertimbangkan untuk meninjau kembali harga eceran tertinggi (HET) beras setelah menerima keluhan dari pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Para pedagang mengeluhkan minimnya margin keuntungan akibat kenaikan harga gabah yang tidak sebanding dengan HET beras yang berlaku saat ini.  

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa pemerintah telah menerima masukan dari para pedagang mengenai harga gabah yang terus meningkat. Saat ini, harga gabah di pasar sudah mencapai Rp6.500 per kilogram, sedangkan HET beras masih ditetapkan sebesar Rp12.500 per kilogram. Kondisi ini menyebabkan margin keuntungan pedagang semakin menipis, sehingga banyak yang berharap adanya penyesuaian HET agar tetap kompetitif di pasaran.  

Arief juga mencatat bahwa harga gabah di pasaran cukup bervariasi. Sebelumnya, harga gabah masih berkisar Rp5.300 hingga Rp5.400 per kilogram, namun saat ini mengalami lonjakan yang signifikan.  

Selain harga gabah, faktor kualitas beras juga menjadi pertimbangan dalam menentukan harga jual di pasaran. Salah satu indikator yang diperhitungkan adalah tingkat broken atau kadar butiran beras yang pecah. Menurut Arief, HET sebesar Rp12.500 per kilogram masih dapat diterapkan apabila kadar broken dalam beras mencapai 30 persen. Namun, apabila tingkat broken lebih rendah, harga beras cenderung lebih tinggi.  

Pemerintah menyadari bahwa kenaikan harga gabah berdampak pada harga beras di tingkat pedagang dan konsumen. Oleh karena itu, diskusi lebih lanjut dengan berbagai pihak akan dilakukan untuk mencari solusi terbaik tanpa mengorbankan keseimbangan harga di pasar.  

Meskipun belum ada keputusan resmi, pemerintah membuka peluang untuk melakukan penyesuaian HET beras guna menyesuaikan dengan dinamika harga gabah di lapangan. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara keuntungan pedagang, daya beli masyarakat, serta kestabilan harga pangan nasional.  

Selain mempertimbangkan penyesuaian harga, pemerintah juga terus memantau kondisi pasokan beras agar tetap stabil. Langkah-langkah strategis, seperti intervensi pasar melalui Perum Bulog, akan tetap dilakukan jika diperlukan untuk mengendalikan harga beras di tengah kenaikan harga gabah. 

Dengan adanya evaluasi ini, para pedagang berharap agar pemerintah segera mengambil kebijakan yang dapat mengakomodasi kepentingan seluruh pihak, baik dari sisi pelaku usaha, produsen, maupun konsumen.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan