Budaya Literasi, Menulis, dan Ramadan

Tingkatkan Budaya Literasi Untuk Memperbaiki Diri di Bulan Ramadan.//Foto:dok/net.--
Radarlambar.Bacakoran.co - Budaya literasi, khususnya membaca dan menulis, memiliki peranan penting dalam membangun kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Negara-negara maju telah membuktikan bahwa tingkat literasi yang tinggi berdampak langsung pada kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan daya saing global. Literasi di negara maju tidak hanya berkembang di lingkungan formal seperti institusi pendidikan, tetapi juga telah menjadi bagian dari budaya masyarakat secara keseluruhan.
Dalam dunia pendidikan, budaya literasi menjadi pondasi utama dalam mengembangkan wawasan dan memperluas ilmu pengetahuan. Di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi, para tenaga pendidik seperti guru dan dosen memegang peranan penting dalam membentuk kebiasaan membaca dan menulis di kalangan siswa dan mahasiswa. Salah satu metode efektif yang dapat diterapkan adalah memberikan tugas membaca yang bertujuan untuk melatih kemampuan menganalisis materi secara mendalam. Dengan kebiasaan ini, diharapkan minat baca akan berkembang menjadi kebiasaan menulis sebagai bentuk ekspresi dan pemahaman.
Membaca secara konsisten akan memicu rasa ingin tahu yang lebih besar, yang mendorong seseorang untuk menulis dan melakukan penelitian lebih lanjut. Penulisan berbasis penelitian tidak hanya memperkuat pemahaman individu, tetapi juga memberikan kontribusi berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian yang berkelanjutan menciptakan penemuan-penemuan baru yang memperkaya khazanah keilmuan dan membuktikan bahwa ilmu pengetahuan bersifat dinamis serta terus berkembang.
Dalam konteks Ramadan, budaya membaca dan menulis memiliki relevansi yang mendalam. Malam lailatulqadar, yang merupakan peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW, diawali dengan perintah “Iqra!” yang berarti “Bacalah!” Perintah ini menegaskan pentingnya membaca sebagai sarana untuk mengenali tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta. Namun, Allah juga mengingatkan bahwa seluruh pengetahuan ini berasal dari-Nya, menegaskan pentingnya mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan keimanan.
Keseimbangan antara ilmu dan iman menjadi prinsip fundamental dalam membentuk individu yang berintegritas. Pengetahuan tanpa landasan moral dan spiritual berpotensi menciptakan individu yang cerdas namun tidak memiliki kejujuran dan tanggung jawab. Sebaliknya, keimanan yang tidak didukung oleh pemahaman yang mendalam dapat menyebabkan seseorang mudah terpengaruh oleh informasi yang keliru. Oleh karena itu, kombinasi antara ilmu dan iman merupakan kunci membangun masyarakat yang cerdas dan berakhlak mulia.
Memasuki bulan Ramadan, umat Muslim diharapkan dapat meningkatkan budaya literasi sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas diri. Dengan pengelolaan waktu yang baik, misalnya memanfaatkan waktu setelah sahur untuk membaca atau menulis, serta menjaga konsistensi dalam menuntut ilmu, seorang Muslim dapat membentuk karakter yang berkualitas, berintegritas, dan memiliki wawasan luas.
Budaya literasi yang kokoh juga dapat merevolusi pola pikir, mentalitas, dan perilaku umat Islam agar tidak merasa inferior di hadapan bangsa lain. Dengan semangat literasi yang kuat, umat Islam tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen pengetahuan melalui karya-karya tulis yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang.