Sampoerna Berkomitmen Menjadikan Indonesia Sebagai Pusat Ekspor Tembakau Bebas Asap

CEO Philip Morris International (PMI), Jacek Olczak. Foto Dok/Net ---

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – CEO Philip Morris International (PMI), Jacek Olczak, menyampaikan bahwa Indonesia, melalui Sampoerna, memiliki peran penting dalam mendukung transformasi global perusahaan. 

Dengan total investasi yang telah melebihi USD 6,4 miliar (sekitar Rp 105,95 triliun) selama dua dekade terakhir, termasuk tambahan USD 330 juta dalam paket investasi terbaru, PMI menetapkan Indonesia sebagai pusat produksi serta ekspor produk tembakau inovatif bebas asap untuk kawasan Asia Pasifik.

Olczak menjelaskan bahwa sebagian besar anggaran riset dan pengembangan PMI difokuskan pada inovasi produk bebas asap. Lebih dari 98% dana R&D global perusahaan dialokasikan untuk pengembangan teknologi tersebut. 

Ia mengungkapkan bahwa PMI telah menginvestasikan lebih dari USD 14 miliar dalam mengembangkan, membuktikan secara ilmiah, serta mengomersialkan produk bebas asap yang dirancang bagi perokok dewasa yang masih memilih untuk menggunakan tembakau atau nikotin dalam bentuk lain.

Investasi ini juga mencakup pengembangan teknologi pemanasan tembakau yang diklaim sebagai alternatif lebih baik dibandingkan rokok. PMI menyatakan bahwa produk tembakau inovatif bebas asap yang mereka kembangkan mampu menghasilkan uap (aerosol) yang tidak bersifat karsinogenik serta tidak berdampak negatif terhadap kualitas udara.

Olczak menambahkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi pusat ekspor global untuk produk tembakau bebas asap. PMI melihat negara ini bukan hanya sebagai pasar domestik yang kuat, tetapi juga sebagai basis manufaktur yang dapat memenuhi permintaan ekspor ke berbagai negara.

Ia menegaskan bahwa investasi PMI di Indonesia membawa teknologi canggih yang tidak hanya ditujukan bagi pasar lokal, tetapi juga mendukung Indonesia sebagai pusat ekspor produk tembakau bebas asap ke berbagai negara.

Perkembangan industri tembakau di Indonesia semakin pesat seiring dengan komitmen PMI dan Sampoerna dalam menghadirkan produk inovatif bebas asap. Namun, kesuksesan transformasi industri ini tidak hanya bergantung pada inovasi dan strategi bisnis, tetapi juga pada faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah serta respons pasar.

Olczak menyebutkan bahwa Indonesia perlu lebih aktif dalam ekspor dan menilai bahwa Sampoerna dapat menjadi contoh perusahaan besar yang memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.

Industri tembakau saat ini menghadapi tantangan besar dalam hal keberlanjutan, terutama dengan semakin ketatnya regulasi global serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan. PMI dan Sampoerna menegaskan bahwa keberlanjutan bukan hanya sekadar strategi komunikasi, tetapi sudah menjadi bagian dari model bisnis mereka.

Olczak menjelaskan bahwa keberlanjutan diukur melalui berbagai indikator, seperti pendapatan, ekspansi, dan metrik lainnya. Ia juga menambahkan bahwa PMI tidak hanya ingin sukses dalam jangka pendek, tetapi juga berfokus pada pertumbuhan dalam 10 hingga 20 tahun ke depan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengurangi jejak karbon dari operasional perusahaan. Sampoerna telah mengimplementasikan energi terbarukan di fasilitas produksinya serta berupaya meningkatkan efisiensi penggunaan air guna mengurangi dampak lingkungan.

Olczak juga menekankan bahwa inovasi teknologi bukan hanya untuk mempertahankan tingkat produksi, tetapi juga memastikan operasional perusahaan semakin berkelanjutan. PMI berinvestasi dalam teknologi energi terbarukan serta memastikan bahwa sumber energi yang digunakan lebih ramah lingkungan.

Selain itu, keberlanjutan juga mencakup aspek sosial, terutama dalam menjamin kesejahteraan petani tembakau dan cengkih yang menjadi bagian dari rantai pasok. Sampoerna menjalin kemitraan dengan lebih dari 22.000 petani serta mendukung lebih dari 347.000 UMKM sebagai bagian dari upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan