Agama dalam Kerajaan Kediri, Sejarah dan Jejak Peninggalannya

Ilustrasi peninggalan kerajaan Kediri / Foto---Net.--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Kerajaan Kediri, atau yang dikenal sebagai Kerajaan Panjalu, merupakan salah satu kerajaan Hindu yang berkuasa di Pulau Jawa pada abad ke-11 hingga ke-13.

Keberadaan serta perkembangan agama di kerajaan ini dapat ditelusuri melalui berbagai peninggalan sejarah seperti candi, prasasti, dan karya sastra kuno.

Artikel ini akan mengulas sejarah Kerajaan Kediri serta pengaruh agama Hindu-Siwa yang dianut oleh masyarakat dan penguasa pada masa itu.

Kerajaan Kediri berdiri sekitar tahun 1045 hingga 1222 setelah pecahnya Kerajaan Kahuripan yang didirikan oleh Raja Airlangga.

Wilayah kerajaan ini mencakup daerah yang kini menjadi Kota Kediri dan Mojokerto, Jawa Timur. Pusat pemerintahannya berada di Kota Doha, yang kini lebih dikenal sebagai Kota Kediri.

Salah satu raja paling terkenal dari kerajaan ini adalah Prabu Jayabaya, yang memerintah antara tahun 1135 hingga 1159. Di bawah kepemimpinannya, Kediri mencapai puncak kejayaan, terutama dalam bidang kebudayaan dan sastra.

Keyakinan dan praktik keagamaan di Kerajaan Kediri dapat diketahui melalui peninggalan sejarah yang tersebar di kawasan Kediri, seperti Candi Gurah dan Candi Tondowongso. Dari temuan ini, diketahui bahwa agama utama yang dianut di Kerajaan Kediri adalah Hindu aliran Siwaisme.

Di situs Candi Gurah, meskipun bangunan utamanya telah mengalami kerusakan, masih ditemukan arca Brahma, Surya, Candra, dan Nandi dalam kondisi cukup baik. Hal ini menunjukkan adanya pemujaan terhadap Siwa beserta manifestasi dewa-dewa lainnya dalam ajaran Hindu.

Sementara itu, di Candi Tondowongso, ditemukan lebih banyak arca dewa yang berkaitan dengan Hindu Siwa, seperti Brahma, Durga, Candra, Surya, Agastya, Nandiswara, dan Ardhanari.

Selain itu, terdapat pula fragmen arca, arca Nandi, lingga, dan yoni yang semakin memperkuat bukti bahwa Hindu Siwa menjadi agama dominan di Kerajaan Kediri.

Selain candi, bukti lain mengenai keberadaan Hindu Siwa dalam Kerajaan Kediri juga ditemukan dalam berbagai prasasti peninggalan kerajaan ini.

Salah satu prasasti mencatat gelar abhiseka raja yang menunjukkan bahwa penguasa dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu, seperti Sri Sarwweswara Triwikramawataranindita.

Namun, penyematan nama Wisnu kepada raja tidak selalu berarti dominasi aliran Wisnuisme. Filosofi politik pada masa itu menganggap raja sebagai perwujudan Dewa Wisnu karena perannya sebagai pelindung rakyat dan dunia.

Selain prasasti, jejak Hindu Siwa juga ditemukan dalam berbagai karya sastra Jawa Kuno yang berkembang pada masa Kerajaan Kediri.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan