Harga Batu Bara Tembus Positif Meski Dihadang Sentimen Negatif dari China

Batubara.--Foto Dok---

Radarlambar.bacakoran.co - Harga batu bara terus menunjukkan penguatan yang signifikan meskipun terus dibayangi oleh berbagai kabar negatif, terutama terkait dengan kondisi pasar China, yang merupakan salah satu konsumen terbesar batu bara di dunia.

Pada perdagangan Kamis (27/3/2025), harga batu bara ditutup di angka US$ 102 per ton, mengalami kenaikan sebesar 1,6%. Kenaikan ini memperpanjang tren positif harga batu bara menjadi dua hari berturut-turut, dengan harga yang bertahan di atas level US$ 100 per ton, meskipun sempat merosot ke bawah angka tersebut beberapa waktu sebelumnya.

Pencapaian harga batu bara yang menguat ini sangat menarik mengingat adanya sentimen negatif yang datang dari pasar utama, yakni China. Berdasarkan laporan terbaru, stok batu bara di negara tersebut berada pada level tertinggi sepanjang masa, yang seharusnya menjadi indikasi bahwa pasokan batu bara sedang melimpah.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya kelebihan pasokan di pasar global yang bisa menekan harga batu bara lebih lanjut. Keadaan ini berawal dari pembelian batu bara yang agresif oleh China pada paruh kedua tahun lalu, meskipun pada akhirnya konsumsi batu bara yang lebih rendah di tahun 2025 ini membuat pasokan menjadi berlebih.

Namun, meskipun pasar global menghadapi berbagai tantangan, harga batu bara tetap menguat. Salah satu faktor yang menjadi pendorong utama adalah pertumbuhan permintaan batu bara di sektor pembangkit listrik berbasis batu bara. 

Meskipun tingkat pertumbuhannya lebih lambat, batu bara tetap mencatatkan angka yang signifikan, terutama di China. Data menunjukkan bahwa pembangkit listrik berbasis batu bara di negara tersebut pada tahun 2024 mencatatkan produksi listrik hingga 6,34 triliun kWh, meskipun hanya tumbuh 1,5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Angka ini tetap mencerminkan bahwa batu bara memainkan peran penting sebagai sumber cadangan utama dalam sistem energi China, yang berfungsi sebagai penyangga untuk mendukung lonjakan pasokan energi dari sumber terbarukan seperti tenaga angin dan surya.

China sendiri meskipun mulai mengurangi ketergantungan pada batu bara dalam beberapa tahun terakhir, tetap menjadikannya sebagai sumber energi utama. Batu bara berfungsi sebagai backup yang mendukung pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, sehingga peranannya masih sangat vital dalam memenuhi permintaan listrik yang terus berkembang, terutama akibat meningkatnya elektrifikasi di sektor rumah tangga dan transportasi.

Namun, di sisi lain, ada kekhawatiran besar mengenai kemungkinan pembatasan impor batu bara oleh China. Pihak-pihak tertentu memprediksi bahwa jika harga batu bara terus tertekan turun, China dapat memberlakukan pembatasan impor lebih ketat, meskipun tidak akan melakukan larangan total. Hal ini mengacu pada aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), di mana negara tersebut masih wajib memenuhi kewajibannya terkait perdagangan internasional. Dalam skenario terburuk, China dapat menunda proses impor batu bara atau meningkatkan inspeksi terhadap pasokan yang masuk, yang dapat memperlambat aliran batu bara ke pasar global.

Dalam jangka pendek, harga batu bara kemungkinan akan terus dipengaruhi oleh faktor-faktor ini, dengan penguatan yang masih dipertahankan oleh permintaan yang stabil di beberapa negara besar lainnya dan peran vital batu bara dalam mendukung pembangkit listrik, terutama di negara-negara berkembang yang masih mengandalkan energi fosil.

Ke depan, dinamika pasar batu bara akan sangat bergantung pada kebijakan energi yang diterapkan oleh negara-negara konsumen besar seperti China dan India, serta keputusan strategis di pasar internasional yang akan menentukan arah harga batu bara dalam beberapa bulan mendatang. (*/rinto)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan