Arab Saudi Turunkan Harga Minyak di Asia, Mengikuti Kebijakan OPEC+

Ilustrasi Pengeboran minyak-Freepik.com-
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Arab Saudi baru-baru ini mengumumkan pemotongan harga minyak terbesar dalam lebih dari dua tahun terakhir.
Keputusan ini datang beberapa hari setelah OPEC+ mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi minyak secara signifikan pada bulan Mei 2025.
Saudi Aramco, perusahaan minyak negara, akan menurunkan harga minyak mentah Arab Light sebesar US$2,30 per barel untuk pembeli utama di Asia.
Penurunan harga ini terjadi setelah beberapa tahun harga minyak mencapai level tertinggi di Kerajaan Arab Saudi. Meskipun demikian, besaran pemotongan harga ini jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya oleh para pedagang dan penyuling.
Kebijakan ini sebenarnya merupakan respons terhadap keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak, sebuah langkah yang menurut sejumlah sumber bertujuan untuk "menghukum" beberapa anggota yang tidak mematuhi kuota produksi, seperti Kazakhstan dan Irak.
Pada 3 April, OPEC+ mengumumkan bahwa mereka akan menambah lebih dari 400.000 barel per hari ke pasar global mulai Mei mendatang, peningkatan pasokan yang tiga kali lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Peningkatan produksi ini memperburuk penurunan harga minyak yang sudah terjadi sebelumnya.
Harga minyak sempat jatuh lebih dari 10% pada minggu lalu setelah kebijakan tarif perdagangan yang diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump, memberikan dampak pada ekonomi global.
Produksi tambahan pada bulan Mei akan melampaui kenaikan yang diumumkan oleh OPEC sebelumnya, yang mulai melonggarkan pembatasan produksi yang diberlakukan pada 2022.
OPEC juga berencana melakukan peningkatan pasokan lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.
Keputusan untuk meningkatkan pasokan minyak di tengah kekhawatiran mengenai permintaan pasar membuat banyak pengamat terkejut, terutama karena Arab Saudi memerlukan harga minyak di atas US$90 per barel untuk menyeimbangkan anggaran negara.
Pada hari Jumat, harga minyak di London turun di bawah US$65 per barel, yang merupakan level terendah dalam lebih dari tiga tahun.
Selain itu, Trump juga menekan OPEC+ untuk memangkas harga minyak, dengan alasan hal tersebut dapat membantu menurunkan inflasi dan memberikan tekanan lebih besar pada Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina. (*)