Hati-hati Merubah Foto Pribadi Jadi Kartun Pakai AI, Ini Bahayanya

Mengunggah foto pribadi ke situs AI untuk dijadikan kartun juga tetap memiliki potensi bahaya privasi dan keamanan. Ilustrasi/Pixabay--
Radarlambar.bacakoran.co- Tren mengubah foto pribadi menjadi kartun bergaya Studio Ghibli menggunakan kecerdasan buatan (AI) menjadi fenomena tersendiri selama momen Lebaran 2025. Banyak pengguna media sosial memanfaatkan layanan AI untuk mengubah foto kebersamaan keluarga menjadi ilustrasi yang menggemaskan, dan membagikannya sebagai bagian dari nostalgia lebaran.
Namun di balik tren visual yang menarik ini, para pakar keamanan siber mengingatkan adanya potensi bahaya yang bisa mengintai. Perusahaan keamanan siber asal Rusia, Kaspersky, menyatakan bahwa penggunaan situs AI yang meminta pengguna mengunggah foto pribadi tetap menyimpan risiko terhadap privasi dan keamanan digital.
Group Manager Kaspersky AI Technology Research Center, Vladislav Tushkanov, menekankan bahwa meskipun banyak perusahaan AI berkomitmen menjaga data penggunanya, sistem perlindungan yang digunakan tidak menjamin 100 persen aman dari kebocoran atau penyalahgunaan.
Ia mengingatkan bahwa data yang diunggah ke internet—termasuk foto potret—bisa saja bocor akibat kesalahan teknis, aktivitas peretasan, atau bahkan dijual di pasar gelap digital. Kredensial akun pengguna yang digunakan untuk mengakses layanan AI juga rentan terhadap peretasan apabila keamanan perangkat tidak memadai.
Tushkanov menambahkan bahwa foto diri termasuk data sensitif yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber untuk menyamar sebagai korban, terutama di media sosial. Meskipun satu foto saja belum cukup untuk melancarkan aksi penipuan, informasi tambahan seperti riwayat percakapan pribadi, informasi keuangan, atau data kesehatan yang dibagikan ke chatbot bisa membuka peluang terjadinya serangan siber lebih serius, seperti spear phishing.
Terkait hal ini, Kaspersky mengimbau pengguna untuk meningkatkan kewaspadaan saat menggunakan layanan berbasis AI. Beberapa langkah pencegahan disarankan, seperti menggunakan kata sandi yang kuat dan autentikasi dua faktor, memakai penyedia layanan yang tepercaya, serta tidak membagikan informasi pribadi secara sembarangan.
Pengguna juga diminta memperlakukan chatbot seperti orang asing—menghindari percakapan yang terlalu pribadi atau mengungkapkan data rahasia. Selain itu, kewaspadaan terhadap situs web phishing dan penggunaan perangkat keamanan digital yang komprehensif menjadi langkah penting dalam menjaga data tetap aman.
Di tengah euforia teknologi yang terus berkembang, peringatan dari para ahli ini menjadi pengingat bahwa kenyamanan digital tetap harus dibarengi dengan tanggung jawab dan perlindungan diri yang memadai.(*)