BPH Migas Klaim Konsumsi BBM Turun Saat Mudik Lebaran 2025

Konferensi Pers penutupan Posko Satgas Rafi. -Foto CNBC Indonesia.--

Radarlambar.bacakoran.co - Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) selama masa mudik Lebaran 2025 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPH Migas menunjukkan bahwa jenis bensin dan avtur yang biasanya mendominasi permintaan selama arus mudik dan balik, mengalami penurunan masing-masing sebesar 6% dan 4% sepanjang masa kerja RAFI atau Posko Ramadhan dan Idul Fitri 2025.

Fenomena ini bertolak belakang dengan ekspektasi umum bahwa momentum mudik akan selalu identik dengan lonjakan konsumsi energi terutama pada sektor transportasi darat dan udara. Namun, penurunan ini bukan tanpa alasan. Pemerintah mencatat terdapat perubahan karakteristik pada masa mudik tahun ini. Jumlah perjalanan kendaraan pribadi diduga menurun karena mobilitas dilakukan secara kolektif dalam satu kendaraan, mengurangi jumlah kendaraan yang digunakan tetapi tetap membawa banyak penumpang. Selain itu, ada indikasi meningkatnya penggunaan kendaraan listrik, yang secara langsung menekan permintaan terhadap bahan bakar konvensional.

Kondisi ini mencerminkan adanya pergeseran preferensi masyarakat dalam memilih moda transportasi. Sebagian masyarakat mulai mengalihkan pilihan dari kendaraan pribadi berbahan bakar fosil ke kendaraan berbasis listrik, yang mulai difasilitasi oleh infrastruktur pengisian daya yang lebih luas dan insentif kebijakan pemerintah.

Meski demikian, konsumsi BBM jenis gasoil atau solar justru mengalami peningkatan sebesar 11% dibanding periode yang sama tahun 2024. Kenaikan ini mengindikasikan tingginya aktivitas angkutan logistik atau transportasi umum berbasis diesel selama masa mudik. Secara lebih luas, bila dibandingkan terhadap konsumsi harian biasa, total konsumsi BBM selama masa RAFI naik sebesar 7%, dengan gasoil mencatat lonjakan hingga 19%.

BPH Migas dan Pertamina melaporkan kesiapan infrastruktur pendukung dengan menyiagakan 125 terminal BBM, hampir 8.000 SPBU, dan 70 Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU). Di wilayah dengan permintaan tinggi, penambahan sarana distribusi juga dilakukan. Ketahanan stok pun tetap terjaga pada kisaran 19 hingga 21 hari, mencakup seluruh jenis BBM seperti gasolin, gasoil, kerosin, dan avtur.

Secara spesifik, penyaluran tertinggi produk avtur tercatat pada arus mudik tanggal 28 Maret dan arus balik 7 April, masing-masing mengalami lonjakan hampir 12% dan 14% dibandingkan hari normal. Data ini menunjukkan bahwa moda transportasi udara tetap mengalami peningkatan pemanfaatan, meskipun konsumsi keseluruhan avtur menurun karena efisiensi penggunaan dan optimalisasi jadwal penerbangan.

Sementara itu, volume penyaluran bensin atau gasoline tercatat sebanyak 103.843 kiloliter per hari selama RAFI 2025, turun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 105.081 KL. Solar atau gasoil juga menurun menjadi 38.757 KL dari sebelumnya 40.155 KL. Untuk kerosin yang digunakan di wilayah Indonesia Timur, realisasi harian menurun tipis dari 1.389 KL menjadi 1.366 KL.

Namun berbeda dengan tren BBM, sektor LPG justru mengalami peningkatan konsumsi sebesar 4,2%, baik untuk LPG bersubsidi (PSO) maupun non-subsidi. Kenaikan ini dapat dikaitkan dengan meningkatnya kebutuhan rumah tangga selama Ramadan dan Idulfitri, terutama untuk kegiatan memasak di rumah maupun pelaku usaha makanan.

Dari seluruh data tersebut, terlihat bahwa dinamika konsumsi energi masyarakat Indonesia mulai menunjukkan pola yang tidak lagi seragam. Di satu sisi terjadi efisiensi dan pergeseran preferensi kendaraan, namun di sisi lain terjadi peningkatan pada sektor logistik dan kebutuhan rumah tangga. Kondisi ini menandai perlunya evaluasi berkala atas pola konsumsi BBM nasional agar kebijakan distribusi energi ke depan dapat lebih responsif dan akurat terhadap kebutuhan lapangan.(*/edi)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan