Pura Uluwatu: Jejak Spiritualitas di Ujung Selatan Bali

Pura Luhur Uluwatu, sebuah pura suci yang berdiri megah di atas tebing tinggi menghadap langsung Samudera Hindia. -foto ; Net.--
Radarlambar.Bacakoran.co – Bali tidak hanya terkenal dengan pan-tainya yang eksotis dan alam tropisnya yang memikat, tetapi juga dengan kekayaan spiritual dan budaya yang telah mengakar kuat. Salah satu ikon utama dari spiritualitas Bali adalah Pura Luhur Uluwatu, sebuah pura suci yang berdiri megah di atas tebing tinggi, menghadap langsung Samudera Hindia.
Terletak di Pecatu, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, pura ini bukan han-ya sebuah tempat suci, tetapi juga menjadi objek wisata yang mena-warkan keunikan tersendiri. Nama "Uluwatu" berasal dari gabungan kata "ulu" yang berarti ujung atau atas dan "watu" yang berarti batu atau ka-rang, yang menggambarkan posisinya yang berada di puncak tebing setinggi hampir 100 meter. Keindahan pemandangan dari sini membuat pura ini menjadi tempat favorit untuk menikmati sunset yang dramatis.
Pura Uluwatu bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga memiliki nilai historis dan spiritual yang mendalam. Pura ini diperkirakan dibangun pada abad ke-10 oleh Mpu Kuturan, seorang tokoh penting da-lam sejarah agama Hindu Bali yang berasal dari era Majapahit.
Arsitektur pura ini mengadopsi konsep Tri Mandala, yang membagi ka-wasan suci menjadi tiga bagian: mandala nista (luar), mandala madya (tengah), dan mandala utama (inti). Pengunjung yang datang akan melewati jalan setapak yang dihiasi pepohonan alami dan gerbang-gerbang tradisional Bali menuju pelataran utama, di mana terdapat arca Ganesha yang menjadi penjaga spiritual utama pura.
Puluhan penari laki-laki duduk melingkar, melantunkan suara "cak-cak-cak" sambil mengisahkan cerita Ramayana, yang semakin memukau dengan latar matahari terbenam di laut lepas, menyajikan pengalaman bu-daya yang tak terlupakan. Meski menggemaskan, pengunjung diminta berhati-hati karena kera-kera ini sering tertarik untuk mengambil barang-barang pribadi. Namun, biasanya pemandu setempat akan membantu mengambil kembali barang tersebut dengan menukar makanan.
Sebagai tempat suci, Pura Uluwatu memberlakukan aturan ketat bagi pengunjung. Wisatawan diwajibkan mengenakan pakaian sopan. Selain itu, pengunjung diharapkan untuk tidak menginjak sesajen, tidak meng-ganggu upacara, menjaga ucapan, serta tidak memasuki area sembahyang kecuali untuk ibadah.
Pelestarian pura ini terus diupayakan oleh masyarakat adat dan pemerintah setempat untuk menjaga budaya, kelestarian lingkungan, dan kenyamanan pengunjung. Pura Luhur Uluwatu lebih dari sekadar desti-nasi wisata, melainkan sebuah simbol kedekatan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta dalam filosofi hidup masyarakat Hindu Ba-li.(yayan/*)