Jet Rafale Ditembak Jatuh, Saham Dassault Aviation Anjlok, Chengdu Aircraft Meroket

Jet Rafale Ditembak Jatuh, Saham Dassault Aviation Anjlok, Chengdu Aircraft Meroket. Foto?net--

Radarlambar.bacakoran.co -Ketegangan militer antara India dan Pakistan tidak hanya berdampak pada stabilitas kawasan Asia Selatan, tetapi juga mengguncang pasar saham global. Salah satu efek paling mencolok terlihat dari fluktuasi harga saham dua produsen jet tempur utama: Dassault Aviation dari Prancis dan Chengdu Aircraft Corporation (CAC) dari Tiongkok.

Saham Dassault Terseret Isu Operasi Sindoor
Pada Senin (12/5/2025), saham Dassault Aviation—pabrikan jet Rafale—mengalami penurunan tajam hingga 7 persen di bursa Euronext Paris, menutup perdagangan di harga 292 euro per lembar. Penurunan ini terjadi setelah laporan bahwa beberapa jet Rafale milik Angkatan Udara India ditembak jatuh oleh Pakistan dalam serangan balasan selama Operasi Sindoor.

Sebelumnya, harga saham Dassault sempat mengalami reli positif pasca serangan India ke Pakistan pada 7 Mei, ketika jet-jet Rafale dilaporkan digunakan untuk menghantam target yang diduga sebagai kamp pelatihan teroris. Namun situasi berbalik drastis begitu kabar jatuhnya Rafale mencuat ke publik.

Padahal secara fundamental, Dassault mencatat performa keuangan yang kuat. Pendapatan tahunannya mencapai 6,24 miliar euro, dengan laba bersih sebesar 924 juta euro. Bahkan sektor pertahanan dan penerbangan Prancis tumbuh nyaris 18 persen sepanjang tahun lalu. Namun, ketegangan geopolitik tetap menjadi variabel tak terduga yang memicu reaksi pasar.

Analis menyebut harga saham Dassault kini berada di zona krusial, dengan potensi penurunan lanjutan hingga ke level 260 euro jika tekanan jual terus berlanjut. Investor pun disarankan untuk mengambil posisi defensif dan memperkuat manajemen risiko.

Sebaliknya, Saham Chengdu Aircraft Melonjak
Di sisi lain, Chengdu Aircraft Industries, produsen jet J-10 yang digunakan oleh militer Pakistan, justru mengalami lonjakan luar biasa. Sahamnya sempat menyentuh harga 88,88 yuan pada perdagangan 9 Mei, naik hampir 50 persen dibandingkan harga 59,23 yuan pada 6 Mei.

Kenaikan ini dipicu oleh laporan keberhasilan jet J-10C Pakistan dalam menangkis dan bahkan menjatuhkan jet Rafale India selama konfrontasi udara terbaru. Respons pasar sangat positif, dengan investor berebut saham Chengdu sebagai bentuk kepercayaan terhadap teknologi dan efektivitas jet tempur buatan Tiongkok.

Model J-10C yang digunakan Pakistan adalah versi terbaru dari J-10, jet tempur ringan bermesin tunggal yang pertama kali diperkenalkan pada akhir 1990-an dan mulai aktif digunakan sejak 2003. Varian C sendiri dikembangkan lebih lanjut dan mulai diekspor ke Pakistan sejak 2022.

Efek Gencatan Senjata dan Diplomasi Internasional
Setelah seminggu ketegangan memuncak, gencatan senjata akhirnya diberlakukan secara efektif pada Sabtu (10/5), dengan Amerika Serikat berperan sebagai mediator utama. Menurut laporan CNN, justru India yang lebih dulu menghubungi Washington untuk menginisiasi upaya damai, setelah terdesak oleh serangan balasan Pakistan yang lebih agresif dari perkiraan.

Dalam serangan balasan itu, Pakistan meluncurkan roket dan rudal ke berbagai target strategis India, termasuk depot senjata, pangkalan udara, dan pos militer di sepanjang perbatasan. Hal ini mendorong India untuk meminta bantuan diplomatik dari AS, Arab Saudi, dan Turki demi meredakan eskalasi.

Proyeksi Pasar dan Dampak Jangka Panjang
Ketegangan antara dua kekuatan nuklir Asia Selatan ini tidak hanya menjadi perhatian geopolitik, tetapi juga membuka mata investor terhadap risiko konflik dalam rantai pasok industri pertahanan global. Sementara Dassault mengalami tekanan karena reputasi produk mereka diuji di medan perang, Chengdu Aircraft mendapat keuntungan reputasional dan pasar dari konflik ini.

Namun analis mengingatkan bahwa reli semacam ini bersifat sementara dan sangat tergantung pada perkembangan politik dan diplomasi berikutnya. Stabilitas kawasan serta respons strategis dari masing-masing negara akan menentukan arah pergerakan harga saham ke depan. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan