ITB Berkomitmen Membina Mahasiswi Pembuat Meme Presiden Demi Pendidikan dan Tanggung Jawab

Institut Teknologi Bandung. Foto Instagram--
Radarlambar.bacakoran.co -Institut Teknologi Bandung (ITB) mengambil langkah bijak untuk membina mahasiswi yang membuat meme kontroversial bergambar Presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo berciuman. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk edukasi dan pendampingan agar mahasiswa dapat menyalurkan ekspresi secara bertanggung jawab.
Wakil Rektor ITB bidang Komunikasi, Kemitraan, Kealumnian, dan Administrasi, Andryanto Rikrik Kusmara, menyatakan bahwa proses pembinaan akan melibatkan berbagai pihak seperti dosen wali, program studi, dan Direktorat Kemahasiswaan. Pendekatan ini bertujuan memperluas wawasan dan meningkatkan pemahaman mahasiswi terhadap etika komunikasi dan nilai-nilai kebangsaan.
Keluarga mahasiswi tersebut juga telah melakukan dialog dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Sementara mahasiswi yang bersangkutan belum dapat kembali ke kampus karena masih menjalani proses hukum dan wajib lapor ke polisi setelah mendapatkan penangguhan penahanan.
ITB menegaskan dukungannya terhadap rekomendasi agar mahasiswi tersebut dibina kampus daripada harus menjalani penahanan di kepolisian. Andryanto menilai bahwa semangat dan kreativitas mahasiswi tersebut masih bisa diarahkan dengan baik agar ekspresi mereka dapat disampaikan secara proporsional.
Kasus ini bermula saat mahasiswi FSRD berinisial SSS ditangkap oleh Bareskrim Polri pada 6 Mei 2025 karena diduga melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Keluarga Mahasiswa ITB menyuarakan penolakan atas tindakan penahanan tersebut dan menuntut agar SSS dibebaskan. Mereka menilai karya mahasiswi itu adalah bentuk kritik yang bertujuan mengedukasi masyarakat tentang potensi negatif penyalahgunaan teknologi artificial intelligence.
Setelah mendapat penangguhan penahanan pada 11 Mei 2025, ITB mengucapkan terima kasih atas dukungan berbagai pihak seperti DPR, Ikatan Orang Tua Mahasiswa, pengacara, dan masyarakat yang telah mendampingi proses tersebut. ITB bertekad mendampingi mahasiswi agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, menghargai etika, serta memahami batasan kebebasan berekspresi.
Sebagai bagian dari upaya pembinaan, ITB akan mengadakan program literasi digital, hukum, dan komunikasi yang melibatkan diskusi terbuka, kuliah umum, serta pendampingan dari dosen dan pakar. Harapannya, peristiwa ini menjadi pelajaran bagi seluruh civitas akademika bahwa kebebasan berpendapat harus selalu dibarengi dengan tanggung jawab dan penghormatan terhadap hak orang lain.
Dengan langkah ini, ITB menegaskan pentingnya pendidikan yang tidak hanya mengembangkan kreativitas, tetapi juga membentuk karakter mahasiswa agar siap menghadapi dinamika sosial dan hukum di masyarakat. (*)