Harga Kopi Robusta Turun, Petani Diminta Jaga Kualitas

AKTIFITAS penjemuran kopi oleh masyarakat. Foto dok--
SEKINCAU - Harga jual kopi robusta di Kabupaten Lampung Barat mengalami penurunan dalam tiga hari terakhir. Setelah sempat menyentuh Rp73.000 per kilogram sekitar sepuluh hari lalu, kini harga tertinggi hanya mencapai sekitar Rp64.000 per kilogram.
Penurunan harga ini disampaikan oleh sejumlah pelaku usaha kopi di wilayah Belalau dan Sekincau. Mereka menyebut penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi salah satu faktor penyebab.
“Sebagian besar ekspor kopi dilakukan dalam dolar, sehingga saat rupiah menguat, harga jual di tingkat petani cenderung turun,” kata Selamat Kanitzu, salah satu supplier kopi setempat.
Menurut Selamat, penurunan harga merupakan bagian dari dinamika pasar yang wajar. Lampung Barat sebagai salah satu sentra produksi kopi nasional memang dikenal dengan fluktuasi harga yang tinggi, apalagi saat memasuki musim panen.
“Memasuki musim panen, aktivitas jual beli mulai ramai. Ini membuat harga bisa berubah sewaktu-waktu tergantung ketersediaan stok di lapangan,” ujar Selamat.
Meski harga turun, Selamat mengingatkan petani untuk tetap menjaga kualitas kopi. Proses penjemuran menjadi kunci penting, terutama dalam menjaga kadar air biji kopi agar tetap rendah. “Walaupun cuaca sering hujan, kami harap petani tetap memperhatikan kualitas, terutama tingkat kekeringan biji kopi. Jika kadar air terlalu tinggi, kualitas menurun dan harga bisa anjlok,” jelasnya.
Selamat juga mengimbau petani agar tidak tergesa-gesa menjual kopi sebelum kualitasnya optimal. Menurutnya, kopi dengan kualitas baik tetap memiliki peluang harga yang lebih tinggi, meskipun pasar sedang menurun.
Dengan kondisi pasar yang dinamis, pelaku usaha dan petani kopi Lampung Barat dihadapkan pada tantangan menyeimbangkan volume produksi dan menjaga mutu hasil panen untuk mempertahankan kestabilan harga di tingkat petani. (rinto/nopri)