Kisah Kejujuran di Awal Republik, TNI Tak Sengaja Temukan Harta Karun Emas Soekarno

Presiden pertama Indonesia Soekarno saat bertemu Presiden Prancis Jenderal de Gaulle Di Istana Elysée, di Paris, Prancis, pada 21 Juni 1963. Foto via Getty Images--

Radarlambar.bacakoran.co- Awal tahun 1946 menjadi momen yang mengguncang sejarah Indonesia, bukan karena pertempuran atau diplomasi, melainkan karena penemuan tak terduga berupa harta karun emas dan berlian di daerah Cigombong, Bogor. Peristiwa ini terjadi saat pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) tengah mengamankan wilayah yang sebelumnya merupakan markas militer Jepang.

Kisah bermula ketika sekelompok tentara menggali tanah di bekas markas pasukan Jepang dan menemukan sebuah peti besar. Peti itu lalu dibawa ke Komandan Brigade TNI, Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang. Awalnya, peti itu disangka berisi obat-obatan. Namun, ketika dibuka, ternyata isinya hanyalah kondom bekas milik tentara Jepang.

Meski begitu, upaya pencarian terus dilakukan oleh tentara dan masyarakat sekitar, yang berharap menemukan senjata untuk melawan kembalinya Belanda ke Indonesia. Sayangnya, harapan itu malah berubah menjadi tragedi kecil ketika mereka malah menemukan bom sisa perang yang meledak dan melukai anggota TNI.

Di tengah situasi tersebut, muncul secercah kejujuran yang mengubah arah cerita. Seorang tentara bernama Sersan Mayor Sidik menemukan sebuah guci besar berisi benda mencurigakan. Tanpa tergoda untuk memilikinya sendiri, Sidik langsung menyerahkan guci itu kepada Kawilarang. Ketika guci dibuka, isinya mengejutkan semua orang: kaus kaki yang penuh dengan potongan emas, permata, dan berlian yang berkilauan.

Guci itu pun diamankan di markas. Namun, tidak sedikit pihak yang mulai tergoda oleh nilai harta tersebut. Melihat gelagat orang-orang yang mendekati harta itu dengan niat tidak baik, Kawilarang dengan tegas mengambil sikap. Ia mengambil dua peti granat dan menyatakan bahwa perjuangan bangsa bukan soal emas atau kekayaan, melainkan soal keberanian dan pengorbanan.

Kawilarang tidak hanya menjaga integritasnya, tetapi juga berinisiatif melaporkan temuan itu ke pemerintah. Ia menulis surat kepada Residen Bogor, Moerdjani, untuk menyerahkan tanggung jawab atas harta tersebut. Namun, Moerdjani malah mengarahkan agar harta itu langsung dikirimkan ke Kementerian Dalam Negeri di pusat pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta.

Demi menjaga keamanan dan keutuhan harta tersebut, Kawilarang memerintahkan Letnan Godjali beserta sejumlah prajurit muda untuk mengantar harta itu ke Yogyakarta. Emas dan berlian itu akhirnya sampai dengan selamat dan diserahkan kepada Mr. Sumarman, Sekretaris Kementerian Dalam Negeri.

Menurut laporan majalah *Ekspres* pada 29 September 1972, nilai harta karun itu diperkirakan hampir Rp 6 miliar. Isinya terdiri dari 7 kg emas dan 4 kg berlian yang disebut berasal dari wilayah Perkebunan Pondok Gede, Bogor. Harta tersebut kemudian diserahkan kepada Bank Negara Indonesia (BNI-46) di Yogyakarta yang saat itu dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo.

Peristiwa ini bukan hanya tentang penemuan harta, melainkan juga tentang integritas, kejujuran, dan nasionalisme pada masa awal Republik. Di tengah godaan besar dan kekacauan pascaperang, masih ada prajurit dan pemimpin yang memilih untuk menjaga kehormatan bangsa. Sebuah kisah langka yang patut dikenang.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan