Standar Hidup Dunia Belum Pulih, Indonesia Tertinggal Jauh di Indeks Pembangunan Manusia

Foto: CNBC INDONESIA--
Radarlambar.bacakoran.co- Lima tahun pasca-pandemi COVID-19, dunia masih bergelut dengan dampak panjang yang ditinggalkannya. Salah satu cerminan jelasnya terlihat dalam laporan terbaru The Economist yang merujuk pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Indeks yang selama ini menjadi tolok ukur kualitas hidup berdasarkan harapan hidup, pendidikan, dan pendapatan ini memperlihatkan bahwa pemulihan global belum sepenuhnya terjadi.
Setelah mencatat penurunan selama dua tahun berturut-turut pada 2020 dan 2021, IPM dunia mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan sejak 2022. Namun, laju pertumbuhan pada 2023 justru tercatat sebagai yang paling lambat sejak indeks ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990.
Indonesia sendiri berada di peringkat ke-113 dari 193 negara, dengan skor IPM sebesar 0,728. Angka ini mencerminkan harapan hidup warga Indonesia yang rata-rata mencapai 71,1 tahun, serta rata-rata lama pendidikan sebesar 13,3 tahun. Meski terjadi perbaikan dari tahun-tahun sebelumnya, posisi ini masih tergolong rendah dibandingkan negara-negara tetangga.
Malaysia, misalnya, menduduki peringkat ke-67 dengan skor IPM 0,811. Thailand dan Vietnam berada di atas Indonesia dengan masing-masing berada di peringkat ke-76 (skor 0,798) dan ke-93 (skor 0,766). Fakta ini menandakan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam hal peningkatan kualitas hidup penduduknya di kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu, negara-negara Nordik kembali mendominasi peringkat teratas. Islandia menempati posisi pertama dengan skor IPM 0,972, disusul Norwegia dan Swiss yang memperoleh skor sama, yakni 0,970. Di negara-negara ini, harapan hidup melampaui 82 tahun, pendidikan menembus lebih dari 18 tahun, dan pendapatan per kapita mendekati US\$ 70.000 per tahun. Ini memperlihatkan bahwa kesejahteraan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga terkait dengan pemerataan akses pendidikan dan layanan kesehatan.
Sebaliknya, negara-negara di kawasan Afrika Sub-Sahara masih menghadapi tantangan berat. South Sudan berada di posisi paling bawah dengan harapan hidup kurang dari 58 tahun dan rata-rata pendidikan hanya sekitar 6 tahun. Negara-negara seperti Somalia, Republik Afrika Tengah, Chad, Niger, dan Mali juga mencatat skor IPM di bawah 0,420—jauh dari batas aman kesejahteraan dasar.
Meskipun belum menunjukkan lonjakan signifikan, pergerakan IPM tetap menjadi cermin penting dari kondisi sosial dan ekonomi sebuah negara. Bagi Indonesia, data ini menjadi pengingat bahwa pembangunan bukan semata soal pertumbuhan ekonomi, tapi juga menyangkut keberlanjutan hidup, kualitas pendidikan, dan keadilan dalam akses kesejahteraan.(*)