Kebudayaan Arkipelagis dan Yogyakarta Renaisans: Melihat Masa Depan Indonesia dari Warisan Budaya Nusantara

Salah satu koleksi di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta / Foto--Net.--

 

Demokrasi dan Kebebasan Berekspresi: Tantangan Pemajuan Kebudayaan

Menurut Hilmar Farid, demokrasi sehat harus mampu memberi ruang bagi keberagaman budaya. Namun, kenyataannya demokrasi di Indonesia terkadang mengarah pada homogenisasi budaya mayoritas, sementara regulasi membatasi ekspresi budaya tertentu. Era digital menghadirkan tantangan lain berupa penyebaran ujaran kebencian yang merusak harmoni budaya.

 

Yogyakarta Renaisans Indonesia: Kebangkitan Budaya dari Kota Budaya

Gagasan Yogyakarta Renaisans Indonesia yang diperkenalkan Sri Sultan Hamengku Buwono X menyajikan visi kebudayaan yang mengangkat Yogyakarta sebagai pusat kebangkitan peradaban Indonesia. Renaisans di sini bukan hanya soal kebangkitan fisik, tetapi juga jiwa, karakter, dan kesadaran bangsa akan akar budaya yang kuat.

 

Sultan menekankan pentingnya harmoni antara tradisi dan modernitas, pendidikan berbasis kearifan lokal yang berpadu dengan inovasi global, serta ekonomi berbasis kebudayaan yang berakar pada industri kreatif dan pariwisata budaya. Nilai-nilai gotong royong dan toleransi juga menjadi landasan kuat dalam menjaga kohesi sosial di tengah keberagaman.

 

Yogyakarta Sebagai Model Peradaban Indonesia

Konsep ini tidak hanya relevan bagi Yogyakarta, tetapi menjadi inspirasi nasional untuk pembangunan yang berpusat pada kebudayaan. Prinsip Oswald Spengler tentang pentingnya keseimbangan antara spiritualitas, budaya, dan materialisme diadopsi untuk menjadikan Yogyakarta sebagai model harmoni tradisi, pendidikan, dan inovasi modern.

 

Dengan menempatkan kebudayaan sebagai inti pembangunan, Yogyakarta Renaisans menawarkan masa depan Indonesia yang berakar kuat pada nilai lokal namun tetap terbuka pada dinamika global. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan