Demi Mutu Data, BPS Tunda Rilis Data Ekspor-Impor

BPS mengatakan ada perubahan sistem peluncuran data ekspor-impor yaitu hanya pengumuman data dilakukan satu kali per bulan dari semula dua kali per bulan. -Foto Detik.com-

Radarlambar.bacakoran.co - Badan Pusat Statistik (BPS) menunda rilis data ekspor dan impor (eksim) April 2025 yang semula dijadwalkan pada pertengahan Mei menjadi awal Juni. Perubahan ini merupakan bagian dari reformasi sistem penyajian data nasional yang mulai diterapkan oleh lembaga statistik tersebut guna memastikan data yang dirilis telah melalui proses validasi menyeluruh.

Dalam penjelasan resmi di Kantor BPS, Direktur Statistik Distribusi Sarpono mengemukakan bahwa langkah ini diambil untuk menghapus tahapan angka sementara dalam publikasi data perdagangan luar negeri. Ke depan, BPS hanya akan merilis angka tetap setiap awal bulan, yang sebelumnya merupakan data tahap kedua dalam sistem tiga tahap BPS. Kebijakan ini diyakini akan memperkuat integritas statistik dan mengurangi potensi kesalahan interpretasi publik terhadap data yang belum final.

Kebijakan ini berangkat dari evaluasi internal lembaga terhadap praktik pelaporan statistik yang selama ini dinilai masih memunculkan kebingungan di kalangan pelaku usaha, akademisi, dan media. Data sementara kerap dijadikan acuan oleh berbagai pihak, padahal angka tersebut belum memperhitungkan pembaruan dari institusi teknis seperti Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta instansi pengawas lainnya. Hanya data angka tetap yang telah melalui koreksi dan verifikasi menyeluruh, termasuk dari pos-pos perbatasan dan pelabuhan, yang memiliki tingkat akurasi tinggi dan mewakili situasi riil perdagangan.

Langkah BPS ini juga tak lepas dari dorongan untuk menyelaraskan praktik statistik Indonesia dengan standar internasional. Banyak negara telah menghapus publikasi data sementara guna menghindari volatilitas persepsi pasar dan untuk menjaga stabilitas dalam komunikasi data resmi. Transformasi ini dinilai penting dalam situasi global yang semakin sensitif terhadap informasi ekonomi, terutama di tengah tantangan geopolitik dan perlambatan ekonomi dunia.

Penundaan ini sempat menimbulkan spekulasi bahwa data perdagangan April menunjukkan kinerja yang buruk. Namun, dugaan tersebut langsung dibantah oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia menegaskan bahwa BPS bekerja secara independen dan tidak menerima intervensi pemerintah terkait waktu atau isi data yang dirilis. Pemerintah juga memastikan bahwa reformasi statistik ini telah dikomunikasikan sejak awal tahun, dan merupakan bagian dari agenda jangka panjang untuk memperkuat ekosistem data nasional.

Menurut catatan BPS terakhir yang dirilis pada Maret 2025, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus meskipun terjadi perlambatan pada beberapa sektor ekspor utama seperti sawit dan batu bara. Meski demikian, impor barang modal dan bahan baku cenderung meningkat, mencerminkan adanya potensi ekspansi industri domestik.

Data eksim bulan April memiliki peran penting sebagai indikator awal terhadap aktivitas ekonomi di kuartal kedua. Oleh karena itu, keputusan BPS untuk hanya merilis data yang telah tervalidasi penuh dinilai tepat dalam rangka menjaga kredibilitas informasi dan akurasi analisis yang bersumber darinya.

Ke depan, BPS akan terus menyempurnakan proses penyusunan data statistik dengan melibatkan lembaga teknis secara lebih intensif, memperkuat sistem integrasi data nasional, serta memperluas akses publik terhadap metadata guna mendorong pemahaman yang lebih baik terhadap konteks statistik yang disajikan.(*/edi)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan