Ratenggaro: Menyelami Warisan Megalitikum di Sumba Barat Daya

Pesona dibalik kuburan batu magis Ratenggaro yang juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. -foto _ net.--

Radarlambar.Bacakoran.co - Salah satu permata tersembunyi di pulau ini adalah Desa Adat Ratenggaro, sebuah kawasan yang membawa pengunjung kembali ke masa prasejarah lewat peninggalan megalitikum yang masih lestari. Terletak di Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Ratenggaro menawarkan pen-galaman budaya yang autentik dan penuh makna bagi siapa saja yang mengunjunginya.

Meski berjarak kurang lebih 40 kilometer dari Tambolaka, ibukota kabu-paten, akses menuju Ratenggaro belum dilayani oleh transportasi umum. Wisatawan biasanya harus menyewa kendaraan pribadi atau menggunakan jasa travel dari Tambolaka untuk menjangkau desa ini. Per-jalanan darat selama sekitar 1,5 hingga 2 jam melalui jalan beraspal yang cukup baik menyajikan pemandangan khas Sumba: savana luas berpadu dengan hamparan bukit dan langit yang membentang tanpa batas.

Asal-usul nama Ratenggaro sarat dengan cerita sejarah yang menarik. Da-lam bahasa lokal, “Rate” berarti kuburan, sementara “Garo” merujuk pada nama sebuah suku yang dulunya bermukim di wilayah tersebut. Menurut legenda, desa ini lahir dari peperangan antara suku-suku setempat. Suku pemenang akhirnya mendirikan permukiman di tanah yang dahulu dikuasai oleh suku Garo dan menguburkan para korban perang di sana.

Kubur-kubur ini dibuat dari batu besar yang dibentuk menyerupai meja datar dengan berbagai pahatan dan simbol yang sarat makna. Tiga dari kubur batu tersebut berada di pinggir pantai, menghadapi samudra yang luas, dan menambah aura mistis tempat ini. Batu-batu tersebut telah ber-tahan selama ribuan tahun meskipun terus terkena angin kencang dan cuaca ekstrem dari laut.

Kubur batu di Ratenggaro bukan hanya sebuah makam biasa, melainkan simbol kedalaman kepercayaan masyarakat terhadap leluhur mereka. Warisan budaya ini masih dijaga dengan baik oleh penduduk setempat, yang juga memegang teguh ajaran tradisional Marapu — sebuah ke-percayaan asli Sumba yang menghormati roh nenek moyang dan alam sekitar. Tradisi ini masih terlihat jelas dalam kehidupan masyarakat, baik dari segi ritual adat maupun sistem sosial mereka.

Selain warisan megalitikum, desa ini juga dikenal dengan rumah adat tradisionalnya yang disebut Uma Kelada. Rumah adat ini memiliki ciri khas menara tinggi yang menjulang sampai sekitar 15 meter, terbuat dari rangka bambu dan atap jerami. Desain rumah ini bukan sekadar soal es-tetika, melainkan merefleksikan posisi sosial pemiliknya. Semakin tinggi menara rumah, semakin tinggi pula status sosial keluarga tersebut dalam komunitas.

Uma Kelada memiliki struktur unik dengan empat tingkat lantai. Bagian paling bawah digunakan sebagai kandang hewan ternak, biasanya babi dan ayam. Lantai kedua merupakan tempat tinggal keluarga, di mana ak-tivitas sehari-hari berlangsung. Lantai ketiga difungsikan sebagai tempat penyimpanan hasil panen, sedangkan tingkat tertinggi digunakan untuk menyimpan benda-benda keramat dan tanduk kerbau, yang mel-ambangkan kehormatan dan kemuliaan pemilik rumah. Tanduk kerbau serta rahang babi yang digantung di bagian depan rumah menjadi tanda bahwa pemilik rumah pernah mengadakan upacara adat besar.

Arsitektur rumah adat Ratenggaro memiliki kemiripan dengan rumah-rumah adat dari daerah lain di Nusa Tenggara, seperti suku Toraja dan Flores, yang juga menempatkan simbol binatang sebagai tanda sosial dan religius. Namun, yang membuat Ratenggaro unik adalah letaknya yang langsung menghadap laut lepas, memberikan pemandangan sekaligus sua-sana yang tak terlupakan.

Suasana di desa ini sangat khas dan sarat dengan nilai-nilai tradisional. Angin laut yang berhembus kencang membawa kesejukan dan aroma alami, sementara debur ombak dari kejauhan menambah kesan damai dan mistis. Pemandangan alam yang luas dan langit yang membentang luas seakan mengajak pengunjung untuk menikmati ketenangan sekaligus me-rasakan keagungan budaya masa lalu yang masih hidup di sini.

Ratenggaro bukan sekadar sebuah desa wisata, melainkan sebuah pusat budaya yang menyimpan banyak pelajaran berharga tentang sejarah dan tradisi masyarakat Sumba. Mengunjungi desa ini berarti melangkah ke dalam dunia yang memadukan keindahan alam, keunikan arsitektur, dan kekayaan spiritual secara utuh. Setiap sudut desa menceritakan kisah le-luhur yang masih dihormati dan dilestarikan oleh generasi penerus.

Bagi para penikmat sejarah, antropologi, atau sekadar pencari pengalaman baru yang ingin memahami akar budaya Nusantara, Ratenggaro adalah pilihan tepat. Desa ini menghadirkan kesempatan untuk menyaksikan langsung bagaimana manusia di masa lampau membangun kehidupan, menjalankan tradisi, dan menghormati warisan leluhur mereka dengan penuh kesungguhan.

Saat Anda merencanakan perjalanan ke Pulau Sumba, sempatkan diri An-da untuk mengunjungi Desa Adat Ratenggaro. Rasakan langsung kehen-ingan yang penuh makna, kagumi kemegahan rumah adat yang menju-lang, dan biarkan cerita masa lalu menyapa jiwa Anda. Ratenggaro bukan hanya tempat wisata; ia adalah perjalanan spiritual dan budaya yang membekas dalam ingatan dan hati setiap pengunjungnya.(yayan/*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan