Gunung Fatule’u, Tantangan Menaklukkan Batu Keramat di Nusa Tenggara Timur

Sensasi Mendaki Batuan Nyaris Vertikal di Gunung Fatule’u. -foto ; Net.--

Radarlambar.Bacakoran.co - Dibalik hamparan perbukitan yang mem-bentang di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, berdiri sebuah batu raksasa yang menjulang tinggi dan menyimpan banyak kisah Gunung Fatule’u. Warga sekitar menganggap bahwa batu ini tidak sekadar benda mati, tetapi menyimpan makna dan kekuatan simbolis yang telah diwar-iskan secara turun-temurun.

Konon, beberapa peristiwa besar yang terjadi di negeri ini kerap diiringi dengan peristiwa alam di sekitar gunung ini, seperti runtuhnya bebatuan dari lerengnya. Warga meyakini bahwa peristiwa seperti wafatnya tokoh nasional hingga bencana besar di Tanah Air, sering kali ditandai oleh gejala alam yang muncul di Gunung Fatule’u.

Namun, daya tarik Fatule’u tidak semata karena mitos dan cerita turun-temurun. Gunung ini menjadi destinasi menarik bagi para pencinta alam dan petualang karena medan pendakiannya yang sangat menantang. Ting-ginya mencapai 1.111 meter di atas permukaan laut, dengan jalur menan-jak curam yang didominasi batuan terjal dan cadas. Kemiringannya bisa mencapai 60 hingga 90 derajat, menjadikan setiap langkah yang diambil butuh kehati-hatian, keberanian, dan tenaga ekstra.

Meski begitu, siapa pun yang berhasil menapaki puncaknya akan disuguhi pemandangan spektakuler. Dari ketinggian, terlihat bentang hu-tan hijau yang membentang sejauh mata memandang. Bahkan, jika cuaca cerah, Kota Kupang dapat terlihat dari kejauhan, seakan menyapa dari ba-lik lekukan bukit. Puncak Fatule’u juga ditandai dengan keberadaan tiga salib besar, yang menjadi simbol religius sekaligus penanda bahwa kawa-san ini bukan hanya tempat petualangan, tapi juga refleksi spiritual.

Sepanjang jalur, medan yang dihadapi cukup ekstrem, dengan batu-batu yang bisa licin terutama saat musim hujan. Oleh karena itu, disarankan agar pendaki mengenakan sepatu yang sesuai, membawa peralatan seder-hana seperti sarung tangan, dan selalu waspada terhadap perubahan cuaca serta kondisi angin yang kerap bertiup kencang di atas sana.

Bagi pendaki yang belum berpengalaman, kehadiran pemandu lokal bisa menjadi pilihan bijak. Salah satu figur unik yang kerap membantu wisatawan adalah Martin Suan, seorang anak kecil dari desa setempat yang sudah terbiasa naik turun gunung setiap hari. Ia dengan lincah me-lompati batu satu ke batu lainnya, seolah medan curam itu bukan hal yang menakutkan. Ketangguhannya menjadi gambaran betapa masyarakat lokal sudah begitu menyatu dengan alam di sekitarnya.

Tidak ada tarif resmi untuk menggunakan jasa pemandu. Pendaki cukup memberikan imbalan seikhlasnya. Demikian juga, tidak ada biaya tiket masuk untuk mendaki Gunung Fatule’u. Suasana yang masih alami dan minim komersialisasi membuat pengalaman menjelajah kawasan ini terasa sangat autentik dan membumi.

Untuk mencapai lokasi, pengunjung dapat memulai perjalanan dari Kota Kupang yang berjarak sekitar 70 kilometer atau sekitar satu hingga dua jam perjalanan darat. Akses menuju Fatule’u sudah cukup baik, dengan jalan beraspal hingga ke titik terdekat. Rutenya cukup mudah: ikuti arah menuju Kota SoE, kemudian setelah melewati Pasar Lili, ada simpangan ke kiri yang mengarah langsung ke kawasan gunung. Dari kejauhan, batu raksasa Fatule’u akan mulai terlihat mencolok di sisi kiri jalan.

Meski belum tersedia transportasi umum menuju lokasi, wisatawan dapat menyewa kendaraan dari Kupang atau menggunakan jasa ojek. Di area kaki gunung, terdapat beberapa fasilitas sederhana seperti tempat parkir, warung makan, dan lopo-lopo (gazebo tradisional) untuk beristirahat. Bagi pengunjung yang tidak membawa bekal, makanan dan minuman bisa diperoleh di warung yang berada tepat di area parkir.

Meski demikian, kondisi Gunung Fatule’u yang cukup ekstrem membuat kawasan ini membutuhkan penanganan dan perhatian lebih serius dari pihak terkait. Sudah saatnya kawasan ini dilengkapi dengan jalur penda-kian yang lebih aman, seperti tali pengaman atau pijakan yang stabil, terutama di titik-titik yang rawan longsor. Dengan pengelolaan yang baik, Fatule’u tidak hanya akan dikenal sebagai gunung keramat, tetapi juga sebagai destinasi pendakian favorit di Indonesia bagian timur.

Gunung Fatule’u adalah simbol dari perpaduan antara keindahan alam, tantangan fisik, dan kearifan lokal. Bagi pencinta alam yang ingin me-rasakan pendakian di medan yang tidak biasa, gunung ini menawarkan pengalaman yang tak terlupakan. Di sini, setiap tetes keringat yang tercu-rah saat mendaki akan terbayar lunas oleh panorama puncak dan perasaan takjub akan kebesaran alam. Dan yang paling penting: jangan tinggalkan apa pun selain jejak, dan jangan ambil apa pun selain ke-nangan.(yayan/*) 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan