Dorong Pencegahan Konflik Agama Berbasis Data-Dialog

Kankemenag Lambar menggelar FGD guna membahas cegah dini dan deteksi dini konflik keagamaan Islam. Foto Dok--

BALIKBUKIT - Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lampung Barat menegaskan pentingnya deteksi dan pencegahan dini terhadap potensi konflik keagamaan. Dalam forum diskusi bersama tokoh lintas ormas keagamaan, Kemenag menyoroti perlunya pendekatan berbasis data dan penguatan jejaring sosial sebagai langkah strategis menghadapi dinamika keberagaman.

Plt. Kepala Kankemenag Lampung Barat, H. Miftahus Surur, S.Ag., M.Si., menekankan bahwa penanganan konflik keagamaan harus dimulai jauh sebelum konflik muncul. Ia menyebut bahwa akar konflik kerap kali berasal dari kesalahpahaman, penyebaran informasi yang tidak akurat, hingga eksklusivitas kelompok yang tidak terkelola dengan baik.

“Penting bagi kita untuk tidak hanya merespons konflik, tetapi juga membangun sistem deteksi dini yang kuat. Ini bisa dilakukan dengan menghimpun data dari stakeholder, media, literatur hingga laporan penyuluh agama,” jelas Surur.

Lebih lanjut, Surur menyebut bahwa data yang dihimpun perlu diolah melalui verifikasi, klasifikasi dan analisis secara menyeluruh. Hasil olahan inilah yang nantinya dijadikan dasar dalam menyusun rekomendasi kebijakan dan aksi nyata di lapangan.

Selain aspek teknis, Surur juga menekankan pentingnya pembinaan dan komunikasi antar kelompok keagamaan. Ia menyebutkan bahwa kegiatan seperti penyuluhan, pelatihan, dialog terbuka hingga mediasi harus terus diperkuat sebagai bagian dari strategi jangka panjang.

“Kita harus mempersiapkan penyuluh dan tokoh agama sebagai garda depan. Mereka punya posisi strategis di tengah masyarakat. Jika mereka kuat, maka deteksi dan cegah dini bisa berjalan efektif,” tambahnya.

Diskusi tersebut diikuti oleh Ketua MUI Lambar, Ketua NU, Ketua Muhammadiyah, perwakilan Muslimat, Aisyiyah, Fatayat, Kepala KUA, serta para penyuluh agama Islam se-Lampung Barat. Semua pihak sepakat bahwa menjaga kerukunan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan gerakan kolektif seluruh elemen masyarakat.

Kegiatan ini ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama untuk memperkuat peran masing-masing dalam menjaga harmoni kehidupan beragama di Lampung Barat. Pesan utamanya ialah konflik bukan untuk ditunggu, tetapi dicegah sejak dalam pikiran dan kebijakan. (edi/lusiana)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan