Tikus Niken dan Ancaman dari Perut Bumi: Kisah Makhluk Langka yang Terkepung Tambang

Aktivitas penambangan nikel di raja ampat. Foto-Net--

Radarlambar.Bacakoran.co - Di balik lebatnya hutan tropis Pulau Gag, Raja Ampat, tersembunyi satu kisah yang tak banyak orang tahu. Ia bukan cerita tentang surga wisata atau air laut sebening kaca—melainkan tentang makhluk kecil, mungil, dan nyaris tak terlihat: tikus niken.

 

Namanya memang terdengar seperti logam, dan ironisnya, justru logam itulah yang kini mengancam hidupnya.

 

Tikus Pulau Gag, atau Rattus nikenii, bukanlah tikus biasa. Ia hanya hidup di satu titik kecil di peta: Pulau Gag, salah satu gugusan eksotis di Raja Ampat. Pertama kali ditemukan oleh peneliti LIPI (kini BRIN), Ibnu Maryanto, pada tahun 2010, tikus ini menjadi simbol betapa kayanya alam Papua—sekaligus betapa rapuhnya kekayaan itu jika tidak dijaga.

 

Yang membuatnya unik bukan hanya bulunya yang berpadu antara cokelat muda, krem, hingga merah kekuningan, tetapi juga kisah di balik namanya. Maryanto menamai tikus ini nikenii sebagai penghormatan kepada istrinya, Niken Tunjung Murti Pratiwi—yang selama ekspedisi panjang di Papua, memberikan dukungan tanpa batas.

 

Namun kini, makhluk mungil itu berada di ujung tanduk. Habitatnya yang dulu lebat dan tenang mulai tergilas oleh aktivitas pertambangan nikel. Pulau kecil itu tak lagi sekadar rumah bagi tikus niken, tetapi juga menjadi lokasi operasi tambang PT Gag Nikel—anak perusahaan Antam—yang mencaplok sepertiga wilayah pulau.

 

Status tikus niken pun makin mengkhawatirkan. Dari “rentan” pada 2016, kini berubah menjadi “kritis terancam punah” menurut IUCN pada 2024. Sebuah lonceng kematian yang semakin nyaring terdengar, terutama karena kawasan tempat hidup mereka kini terbelah oleh jalan tambang, mesin bor, dan hiruk-pikuk industri.

 

Bukan hanya tikus niken yang terkena dampaknya. Pulau Gag adalah rumah bagi lebih dari 70 spesies burung, termasuk Junai Mas yang anggun dan Gosong Kelam yang unik. Juga nuri kalung-ungu, si penjelajah yang senang berpindah antar pulau kecil mencari makanan. Semua makhluk ini hidup dalam satu ekosistem rapuh, yang bisa runtuh jika satu titiknya lenyap.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan