Malasari, Surga yang Tersembunyi di Kaki Halimun

Desa Wisata Malasari.---
Radarlambar.Bacakoran.co - Di balik hijaunya lereng Gunung Halimun, tepatnya di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, terdapat sebuah desa yang memadukan keindahan alam dan kekayaan budaya secara harmonis. Desa Wisata Malasari, namanya. Tempat ini bukan seka-dar tujuan berlibur, melainkan juga cerminan hidup berdampingan dengan alam yang lestari.
Jarak dari pusat Kota Bogor sekitar 57 kilometer. Butuh waktu tempuh sekitar tiga jam untuk mencapainya. Meski harus melewati jalur berkelok dan sedikit menanjak, kondisi jalan terbilang cukup layak untuk ken-daraan roda dua maupun empat. Jalur yang biasa digunakan adalah melewati Cibadak – Ciampea – Leuwiliang – Kalong II – hingga ke arah Jalan Ace Tabrani yang menuju ke desa.
Untuk menghindari kesalahan arah, wisatawan disarankan menggunakan aplikasi navigasi atau bertanya langsung pada warga sekitar. Udara sejuk, hamparan sawah bertingkat, aliran sungai yang jernih, dan pepohonan hi-jau menciptakan suasana yang menyegarkan. Tak heran jika tempat ini menjadi pilihan ideal bagi mereka yang ingin menyepi sejenak dari hiruk-pikuk kota.
Desa Malasari mulai dikembangkan sebagai desa wisata sejak tahun 2015. Potensi alamnya yang luar biasa dipadukan dengan nilai-nilai budaya lo-kal yang masih lestari menjadikan tempat ini sebagai salah satu destinasi unggulan berbasis ekowisata di Bogor. Kawasan desa ini bahkan terma-suk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), sebuah kawasan konservasi hutan hujan tropis yang sangat penting di Pu-lau Jawa.
Dengan status tersebut, Malasari menjadi rumah bagi berbagai jenis tum-buhan dan satwa langka. Wisatawan yang beruntung bisa menjumpai sat-wa endemik seperti owa jawa, elang jawa, hingga kukang dan macan tu-tul. Di sepanjang jalur trekking, pengunjung juga dapat melihat keraga-man tanaman khas hutan tropis.
Satu lagi pesona yang tidak bisa diabaikan adalah keindahan sawah teraseringnya. Lahan-lahan sawah di desa ini mengikuti kontur per-bukitan, menciptakan lanskap yang memesona. Para petani setempat masih menggunakan pola tanam tradisional, dan menanam varietas lokal seperti pare gede.
Selain pertanian, masyarakat Malasari juga mempertahankan berbagai tradisi dan kegiatan ekonomi berbasis kerajinan lokal. Di antaranya ada-lah produksi gula aren secara tradisional, anyaman bambu, serta pem-budidayaan lebah hutan untuk menghasilkan madu alami. Aktivitas-aktivitas ini tak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga menc-erminkan cara hidup masyarakat yang selaras dengan lingkungan.
Bagi pencinta sejarah, desa ini juga menyimpan nilai-nilai masa lalu. Sa-lah satunya adalah keberadaan bangunan bersejarah Pendopo Bupati ta-hun 1947, yang konon merupakan salah satu titik awal cikal bakal pemerintahan Kabupaten Bogor. Di dalamnya tersimpan sejumlah benda peninggalan yang menjadi bagian dari warisan budaya lokal.
Tidak jauh dari pusat desa, terdapat Perkebunan Teh Nirmala Agung yang berada di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. Perkebunan teh ini telah ada sejak masa kolonial dan kini menjadi destinasi favorit untuk menikmati pemandangan alam sekaligus merasakan udara segar khas pegunungan. Waktu terbaik untuk berkunjung ke perkebunan ini adalah saat pagi hari, ketika kabut masih menyelimuti perbukitan dan matahari mulai menyingsing perlahan dari balik horizon.
Satu lagi aktivitas yang memacu adrenalin adalah menyusuri jembatan kanopi. Jembatan ini membentang sepanjang kurang lebih 120 meter di atas ketinggian sekitar 25 meter, menghubungkan pepohonan besar yang rimbun. Sensasi berjalan di atas jembatan sambil melihat hamparan hutan dari ketinggian menjadi pengalaman yang tak mudah dilupakan.
Bagi wisatawan yang ingin bermalam, tersedia homestay dengan konsep rumah tradisional Sunda yang dikelola langsung oleh warga lokal. Homestay Abah Nduy, misalnya, menawarkan pengalaman menginap dengan nuansa alam yang begitu kuat. Selain itu, tersedia juga area perkemahan bagi pengunjung yang ingin menyatu lebih dekat dengan alam.
Desa Malasari merupakan satu dari lima desa yang dikenal sebagai “Desa Halimun” karena berada di kawasan kaki Gunung Halimun. Keberadaan desa ini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat bisa berperan aktif dalam menjaga alam sekaligus mengembangkan pariwisata secara berke-lanjutan.(yayan/*)