Lampung Barat Kirim 39 PMI, Hongkong-Taiwan Paling Diminati

Ilustrasi Pekerja Migran Indonesia-KLING AI-
BALIKBUKIT - Pilihan bekerja ke luar negeri sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) terus menjadi salah satu jalan yang ditempuh warga Kabupaten Lampung Barat untuk meningkatkan taraf hidup dan memperluas pengalaman. Hingga pertengahan tahun 2025 ini, sebanyak 39 orang warga Lampung Barat telah resmi mengurus rekomendasi untuk bekerja di luar negeri, menurut data yang dirilis Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerperin) Lampung Barat.
Plt. Kepala Disnakerperin Lampung Barat, Sri Wiyatmi, menyampaikan bahwa warga yang mengurus rekomendasi tersebut berasal dari berbagai kecamatan di wilayah Lampung Barat. Mereka telah melewati proses administratif dan legalitas sebagai syarat wajib bagi setiap warga negara yang hendak bekerja di luar negeri secara resmi.
“Sejak Januari hingga Juni 2025, sudah ada 39 warga yang mengurus rekomendasi resmi untuk bekerja ke luar negeri. Ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran warga akan pentingnya prosedur legal dalam menjadi PMI,” ujar Sri Wiyatmi, Minggu (29/6/2025).
Dipaparkannya, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah warga yang menjadi PMI tampak stabil. Tahun 2024 lalu, Disnakerperin mencatat ada 62 orang yang mengurus rekomendasi serupa. Dengan angka 39 orang hingga pertengahan tahun 2025, besar kemungkinan jumlah tersebut akan kembali meningkat di semester kedua.
Sri Wiyatmi menilai bahwa kesadaran masyarakat untuk mengikuti prosedur yang benar dalam menjadi PMI sangat penting. Prosedur legal tidak hanya melindungi hak-hak pekerja selama bekerja di luar negeri, tetapi juga menjadi bukti bahwa keberangkatan mereka dilandasi niat baik dan patuh terhadap hukum negara.
Lanjut dia, dari puluhan warga yang mengurus rekomendasi, dua negara muncul sebagai tujuan terbanyak Hongkong dan Taiwan. Kedua negara tersebut memang selama ini dikenal sebagai destinasi favorit pekerja migran asal Indonesia, khususnya di sektor informal seperti perawatan lansia, asisten rumah tangga, serta pekerjaan manufaktur.
“Dari data yang masuk, tidak ada warga yang memilih negara seperti Kamboja atau kawasan berisiko tinggi lainnya. Ini sangat kami apresiasi, karena pilihan negara juga berpengaruh besar terhadap keselamatan dan hak-hak pekerja,” tegas Sri.
Lebih dari sekadar mencari penghasilan lebih, banyak calon PMI yang mengaku ingin mencari pengalaman internasional sebagai modal hidup jangka panjang.
Sri Wiyatmi mengatakan, motivasi para PMI tidak hanya soal gaji. “Banyak dari mereka yang memang ingin mengembangkan diri, mencari pengalaman kerja baru, dan memberikan kontribusi bagi ekonomi keluarga. Penghasilan yang mereka kirimkan dari luar negeri biasanya digunakan untuk biaya pendidikan anak, membangun rumah, hingga membuka usaha sepulang mereka nanti,” katanya.
Pemerintah daerah juga menaruh harapan besar kepada para pekerja migran asal Lampung Barat agar sepulangnya nanti, mereka bisa memberikan kontribusi nyata di kampung halaman. Salah satunya melalui transfer ilmu, pengalaman, dan modal usaha.
Di akhir keterangannya, Sri Wiyatmi mengingatkan agar masyarakat tidak tergiur oleh iming-iming bekerja ke luar negeri melalui jalur cepat atau non-prosedural yang kerap ditawarkan oleh calo.
“Jangan pernah memilih jalur ilegal. Itu sangat berisiko, baik bagi keselamatan maupun masa depan pekerja. Kami di Disnakerperin siap membantu warga untuk berangkat secara legal dan aman,” tutupnya. (lusiana)