Langit Jawa Cerah Tanpa Awan, BMKG Jelaskan Fenomena Bediding dan Pengaruh Angin Dingin Australia

BMKG memperingatkan adanya potensi gangguan cuaca akibat kemunculan dua bibit siklon tropis yang terpantau di sekitar wilayah Indonesia. Foto Dok/Net ---
Radarlambar.bacakoran.co - Lini masa X ramai membahas fenomena langit yang cerah tanpa awan pada Kamis (10/7/2025), terutama di berbagai wilayah Pulau Jawa. Warganet dari Kepulauan Seribu, Cirebon, Tasikmalaya, Salatiga, Solo, dan daerah lainnya membagikan pemandangan langit biru disertai cuaca yang terasa lebih dingin pada pagi hari.
Citra satelit yang memperlihatkan pulau Jawa bersih dari awan turut dibagikan oleh akun-akun pengamat cuaca. Fenomena ini memicu pertanyaan publik: mengapa cuaca bisa tiba-tiba cerah total setelah sebelumnya banyak hujan dan langit mendung?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa langit cerah tersebut merupakan dampak dari angin timuran yang bertiup dari daratan Australia. Angin ini membawa udara dingin dan kering, karena berasal dari wilayah tandus dengan kelembapan yang sangat rendah.
Kondisi tersebut umum terjadi selama musim kemarau di Indonesia, khususnya antara Juni hingga Agustus, ketika belahan bumi selatan tengah mengalami musim dingin. Udara kering dari Australia yang minim kandungan uap air menghambat pembentukan awan, menyebabkan langit tampak bersih, biru, dan hampir tanpa tutupan sepanjang hari.
Selain menciptakan langit cerah, kondisi ini juga berdampak pada suhu udara. Siang hari terasa lebih panas karena radiasi matahari tidak terhalang awan. Namun saat malam tiba, suhu turun drastis akibat hilangnya panas dari permukaan bumi ke atmosfer — proses yang disebut radiasi malam.
Fenomena ini dikenal masyarakat dengan istilah bediding, yakni kondisi udara sangat dingin yang biasa terjadi pada malam hingga pagi hari selama puncak musim kemarau. Bediding sering dirasakan terutama di dataran tinggi atau daerah pegunungan.
BMKG memperkirakan fenomena bediding akan berlangsung hingga awal September 2025. Meski begitu, hingga awal Juli ini, sebagian wilayah selatan Indonesia masih diguyur hujan karena Monsun Australia belum cukup kuat untuk mendominasi cuaca. Artinya, fenomena bediding belum merata di seluruh wilayah.