Pabrik Drone Rusia Gunakan Tenaga Remaja, Produksi Ribuan Setiap Bulan untuk Serangan ke Ukraina

Iran Gerebek “Bengkel Drone” Milik Agen Israel di Teheran, Ketegangan Kembali Memanas. Foto/net--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Di tengah eskalasi konflik dengan Ukraina, Rusia diketahui meningkatkan produksi drone kamikaze dalam jumlah besar setiap bulannya. Namun, yang mengejutkan, sebagian tenaga kerja di fasilitas produksi ini adalah remaja berusia hingga 15 tahun.
Sebuah video resmi yang dirilis oleh saluran televisi milik Kementerian Pertahanan Rusia memperlihatkan bagaimana puluhan remaja bekerja di jalur produksi drone Geran-2, varian lokal dari drone Shahed buatan Iran. Lokasi produksi berada di kota Yelabuga, wilayah Tatarstan, dan menunjukkan pabrik berteknologi tinggi yang dipenuhi pekerja muda di berbagai lini perakitan.
Remaja tersebut direkrut segera setelah menyelesaikan pendidikan kelas 9 sekolah dasar. Sebagian besar berasal dari sekolah teknik di sekitar kawasan industri tersebut. Dalam tayangan tersebut, mereka tampak merakit komponen drone, mengoperasikan komputer, hingga menjalankan sistem kontrol yang mendukung produksi.
Tampilan interior pabrik menunjukkan suasana yang sibuk, dengan barisan drone berwarna hitam pekat yang diduga dirancang untuk operasi malam hari. Tren pewarnaan hitam ini mencerminkan taktik baru militer Rusia yang memprioritaskan serangan udara malam sebagai bentuk tekanan psikologis dan strategi militer terhadap Ukraina.
Menurut sejumlah pengamat pertahanan di Eropa, peningkatan kapasitas produksi ini bukan tanpa tujuan. Rusia diduga tengah mempersiapkan gelombang serangan udara yang masif dan berulang, memanfaatkan ribuan drone kamikaze murah untuk menggempur infrastruktur dan pertahanan Ukraina setiap malam.
Penggunaan tenaga kerja di bawah umur dalam fasilitas militer ini tentu memicu keprihatinan global. Meski belum ada konfirmasi langsung mengenai kebijakan ketenagakerjaan Rusia dalam proyek ini, keberadaan remaja dalam pabrik militer mengundang sorotan tajam terhadap praktik-praktik kerja yang melibatkan anak di tengah konflik bersenjata.
Dengan eskalasi perang yang terus berlangsung, penggunaan teknologi drone semakin menjadi tulang punggung strategi tempur Rusia. Namun, aspek kemanusiaan dari produksi masal senjata ini menjadi bayang-bayang kelam di balik ambisi militer Moskow. (*)