Dari Dana Desa, Ambulans Pekon Hadir untuk Warga Padangcahya

AMNULANS : Pemerintah Pekon Padangcahya, Kecamatan Balikbukit memprogramkan pengadaan ambulans pekon bersumber dana desa tahun 2025. Foto Dok --
BALIKBUKIT - Bunyi klakson mobil ambulans kini sesekali terdengar menyusuri jalan-jalan kecil di Pekon Padangcahya, Kecamatan Balikbukit, Kecamatan Lampung Barat. Tidak lagi sekadar angan atau harapan yang digantungkan pada puskesmas atau rumah sakit di kota, kini warga desa itu punya akses cepat untuk layanan kesehatan darurat lewat sebuah kendaraan sederhana yang punya arti besar: ambulans pekon.
Bagi sebagian orang, ambulans mungkin hanya sebuah kendaraan medis biasa. Namun di pekon ini, kehadirannya adalah bentuk perubahan mendasar dalam pelayanan publik, terutama di sektor kesehatan. Ambulans yang dibeli melalui anggaran Dana Desa tahun 2025 itu kini menjadi penolong pertama bagi warga yang harus dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit, atau ibu hamil yang harus segera ditangani di fasilitas kesehatan.
“Dulu kalau ada warga sakit atau darurat malam-malam, bingung mau pakai kendaraan siapa. Sekarang tidak lagi. Ambulans pekon ini bisa langsung digunakan warga tanpa biaya sewa,” ujar Muzarni, Peratin Padangcahya, Senin (4/8/2025).
Ia menuturkan bahwa pengadaan ambulans ini bukan keputusan instan, melainkan hasil dari musyawarah warga yang menginginkan Dana Desa tak hanya digunakan untuk pembangunan fisik, tetapi juga menyentuh kebutuhan hidup paling dasar yaitu kesehatan.
Pekon Padangcahya tidak berada jauh dari pusat Kota Liwa, namun untuk sebagian dusun di wilayahnya, akses ke puskesmas atau rumah sakit tetap menjadi tantangan, terlebih jika situasi darurat datang tiba-tiba malam hari, tanpa kendaraan, dan dalam kondisi darurat medis.
“Beberapa bulan lalu, ada ibu hamil yang kontraksi malam-malam. Karena tak ada mobil, warga harus pinjam kendaraan tetangga yang jauh, dan itu memakan waktu. Kami tidak ingin kejadian seperti itu terulang,” tutur Muzarni.
Kini, setiap kali ambulans pekon digunakan, tidak hanya nyawa yang diselamatkan tetapi juga rasa aman yang tumbuh di tengah masyarakat.
Program pengadaan ambulans itu hanyalah satu dari berbagai realisasi Dana Desa Pekon Padangcahya yang dijalankan tahun ini. Pemerintah pekon juga menyelesaikan pembangunan jalan usaha tani sepanjang 245 meter dengan lebar 2 meter dan tinggi 15 cm, yang kini digunakan petani untuk membawa hasil kebun menuju pasar atau gudang pengumpulan hasil panen.
Di bidang sosial, pemerintah pekon menyalurkan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) kepada 38 keluarga penerima manfaat (KPM) selama 12 bulan penuh. Bantuan ini difokuskan kepada warga miskin ekstrem dan lansia tanpa penghasilan tetap.
Tak hanya itu, untuk mendukung sektor pendidikan, pemerintah pekon juga menyalurkan bantuan seragam sekolah gratis bagi siswa SD, dan menambah nilai pelestarian budaya melalui bantuan perlengkapan pakaian adat untuk kegiatan adat dan pendidikan kebudayaan di pekon.
“Kami ingin Dana Desa tidak hanya membangun jalan atau saluran air. Kami ingin membangun manusia. Itu sebabnya sektor pendidikan dan budaya juga kami sentuh,” kata Muzarni.
Menurut Muzarni, kunci pengelolaan Dana Desa adalah mendengar. Apa yang dibutuhkan warga, itulah yang dikerjakan. Apa yang menyulitkan masyarakat, di situlah dana pekon diarahkan termasuk menyediakan kendaraan yang tak hanya berfungsi mengantar pasien, tapi juga mewakili kehadiran negara hingga ke dusun-dusun terpencil.
“Ambulans pekon ini bukan hanya soal kendaraan. Ini simbol bahwa negara hadir, walau di desa yang jauh dari pusat. Bahwa masyarakat kecil juga punya hak yang sama untuk sehat dan selamat,” pungkasnya.
Warga pun menyambut baik kebijakan ini. Beberapa dari mereka bahkan menyebut ambulans sebagai “kendaraan penyelamat” yang kini tak lagi hanya milik kota, tapi juga milik pekon. (edi/lusiana)