Ledakan Startup AI Lahirkan Generasi Miliarder Baru, CEO 25 Tahun Anysphere Jadi Sorotan

Ledakan kecerdasan buatan (AI) berhasil mencetak generasi konglomerat baru hanya dalam waktu satu hingga dua tahun sejak startup didirikan.--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) menciptakan gelombang konglomerat baru hanya dalam kurun satu hingga dua tahun sejak perusahaan berdiri. Salah satu figur muda yang menonjol adalah Michael Truell, CEO sekaligus pendiri Anysphere, yang kini berusia 25 tahun.
Anysphere, sebuah startup AI yang fokus mengembangkan agen cerdas, baru-baru ini mencatat valuasi fantastis mencapai US$20 miliar atau setara Rp325,89 triliun (kurs Rp16.294 per dolar AS). Lonjakan nilai ini terjadi hanya beberapa pekan setelah perusahaan tersebut memperoleh pendanaan terbaru. Capaian tersebut sekaligus menempatkan Truell dalam daftar miliarder termuda di sektor teknologi.
Fenomena ini merupakan bagian dari tren global yang lebih luas, di mana startup AI sukses melahirkan puluhan miliarder baru. Arus modal besar-besaran mengalir dari investor ventura, sovereign wealth fund, hingga family office, mendorong percepatan pertumbuhan valuasi.
Data terbaru mencatat ada 498 unicorn AI dengan valuasi lebih dari US$1 miliar, yang jika digabungkan nilainya mencapai US$2,7 triliun. Dari jumlah tersebut, 100 perusahaan berdiri sejak 2023.
Sejumlah nama besar seperti OpenAI, Anthropic, Safe Superintelligence, dan Thinking Machines Lab menjadi motor utama fenomena ini. Thinking Machines Lab, yang didirikan oleh mantan CTO OpenAI, Mira Murati, mengamankan pendanaan senilai US$2 miliar hanya dalam waktu lima bulan. Penggalangan modal itu menjadi seed round terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah.
Anthropic juga tengah dalam proses negosiasi penggalangan dana sebesar US$5 miliar yang dapat mengerek valuasinya hingga US$170 miliar, sekaligus melahirkan sedikitnya tujuh miliarder dari jajaran pendirinya.
Meski sebagian besar kekayaan tersebut masih berbentuk paper wealth karena perusahaan belum melantai di bursa, pasar sekunder dan mekanisme tender offer mulai memberikan likuiditas bagi para pendiri dan karyawan. OpenAI, misalnya, tengah menjajaki penjualan saham sekunder yang berpotensi meningkatkan valuasinya hingga US$500 miliar.(*)