Menyelami Pesona Tiga Ikon Wisata Aceh

Pantai Lhoknga satu dari sekian banyak wisata Aceh dengan pesona keindahannya. -Foto _ Net.-
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Aceh dikenal sebagai daerah dengan kekayaan alam yang luar biasa. Selain memiliki cadangan minyak dan gas bumi yang melimpah, wilayah ini juga dianugerahi hutan tropis yang membentang di sepanjang Bukit Barisan. Di kawasan tersebut berdiri Taman Nasional Gunung Leuser yang menjadi habitat penting bagi beragam satwa liar endemik Sumatera. Keindahan alamnya berpadu dengan kisah sejarah dan budaya yang melekat erat dalam kehidupan masyarakat setempat.
Provinsi yang berada di ujung barat Indonesia ini juga pernah mengalami duka mendalam akibat bencana gempa dan tsunami Samudra Hindia pada 2004. Peristiwa tersebut menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir barat dan menelan korban hingga ratusan ribu jiwa. Meski demikian, Aceh terus bangkit, menata diri, dan menghadirkan destinasi wisata yang mencerminkan kekuatan tradisi, keelokan alam, serta semangat perjuangan.
Tiga ikon berikut adalah gambaran nyata betapa Aceh memiliki pesona wisata yang beragam: tradisi adu lembu, panorama pantai Lampuuk dan Lhoknga, serta Museum Rumah Cut Nyak Dien.
Peupok Leumo: Warisan Tradisi Adu Lembu
Bagi masyarakat Aceh, Peupok Leumo atau adu lembu merupakan tradisi turun-temurun yang masih bertahan hingga kini. Pertunjukan ini lazim digelar setelah masa panen sebagai hiburan rakyat sekaligus ajang untuk menguji kekuatan sapi jantan lokal. Pertandingan biasanya diadakan di lapangan terbuka dan selalu menarik perhatian warga sekitar.
Sapi yang diikutsertakan adalah jantan bertubuh besar dengan tanduk panjang. Dalam laga, setiap sapi dikendalikan seorang joki yang memegang tali kekang di hidung hewan tersebut. Jalannya pertandingan dipimpin seorang juri dan berlangsung sekitar sepuluh menit. Aturannya sederhana: jika salah satu sapi lari dari arena setelah menerima serangan tanduk, maka lawannya langsung dinyatakan sebagai pemenang. Apabila keduanya sama-sama bertahan, hasil pertandingan dianggap imbang.
Kemenangan dalam Peupok Leumo tidak hanya memberikan kebanggaan, tetapi juga menaikkan nilai jual sapi. Harga seekor sapi juara bisa melonjak hingga Rp35–50 juta, bahkan berlipat ganda bila sering memenangkan kontes. Tradisi ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga sarana mempererat hubungan antarwarga sekaligus menjaga eksistensi sapi lokal Aceh.
Pantai Lampuuk dan Lhoknga: Pesona Laut di Ujung Barat
Wisata bahari menjadi daya tarik utama Aceh, dan Pantai Lampuuk serta Lhoknga termasuk destinasi yang paling ramai dikunjungi. Meski berdekatan, keduanya memiliki karakter berbeda. Pantai Lampuuk terbentang dari Babah Satu hingga Babah Empat, sedangkan Lhoknga meliputi area sekitar Lapangan Golf hingga kawasan dekat Pabrik Semen Andalas.
Lampuuk populer dengan kegiatan rekreasi seperti banana boat dan kuliner khas berupa ikan bakar. Sementara itu, Lhoknga lebih dikenal dengan lapangan golf, aktivitas memancing, serta ombak besar yang menjadi favorit peselancar internasional. Lokasinya hanya sekitar 22 kilometer dari Banda Aceh sehingga mudah dijangkau wisatawan.
Selain itu, Lhoknga juga terkenal sebagai lokasi menikmati panorama matahari terbenam. Sore hari di pantai ini menghadirkan suasana hening dan romantis, sangat cocok bagi pasangan yang sedang berbulan madu. Ombak yang relatif ramah membuatnya juga ideal untuk liburan keluarga. Dengan kombinasi keindahan alam, aktivitas wisata, dan atmosfer tenang, kedua pantai ini menjadi representasi keelokan pantai barat Aceh.
Museum Rumah Cut Nyak Dien: Menyusuri Jejak Sang Pahlawan
Selain panorama alam, Aceh juga menawarkan destinasi sejarah yang sarat makna, salah satunya Museum Rumah Cut Nyak Dien. Museum ini merupakan replika kediaman pahlawan perempuan Aceh yang dikenal gigih melawan penjajahan Belanda.
Cut Nyak Dien lahir pada 1848 dari keluarga bangsawan, Teuku Nanta Seutia. Sejak kecil ia dididik dengan ajaran Islam yang kuat. Pada usia 12 tahun, ia menikah dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, yang kemudian gugur dalam perlawanan terhadap Belanda. Kehilangan itu membuatnya bertekad melanjutkan perjuangan dengan semangat pantang menyerah hingga akhir hayat.