Gerakan Bersama Kendalikan Hama Tikus di Krui Selatan

DKPP Pesbar menggelar gerakan bersama petani dalam rangka mengendalikan hama tikus di lahan sawah yang ada di Pekon Sukajadi Kecamatan Krui Selatan. Foto dok--
KRUI SELATAN - Upaya mengantisipasi ancaman gagal panen akibat serangan hama terus dilakukan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar). Salah satu langkah nyata diwujudkan melalui gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) tikus yang dilaksanakan bersama kelompok tani (poktan) Tunas Baru di Pekon Sukajadi, Kecamatan Krui Selatan, Rabu, 24 September 2025.
Kegiatan ini menjadi bagian dari program pendampingan dan pemberdayaan petani dalam menjaga keberlangsungan produksi pangan di daerah. Mengingat tikus sawah kerap menjadi momok yang menurunkan produktivitas padi, DKPP menilai penting adanya gerakan kolektif yang melibatkan petani secara langsung dalam mengendalikan populasi hama tersebut sebelum masa tanam dimulai.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Pesbar, Muchtar Husin, S.P., mendampingi Kepala DKPP, Unzir, S.P., mengatakan bahwa langkah pengendalian ini merupakan antisipasi dini agar populasi tikus tidak berkembang pesat. Artinya, gerakan pengendalian OPT tikus ini di lakukan sebagai upaya menekan jumlah tikus sejak awal.
“Sehingga nantinya saat tanaman padi sudah tumbuh, ancaman serangan bisa diminimalisasi,” katanya.
Menurutnya, pengendalian hama tikus juga tidak bisa dilakukan secara parsial atau individu, melainkan harus melibatkan banyak pihak. Hal ini karena tikus sawah memiliki daya jelajah luas serta kemampuan berkembang biak yang sangat cepat. Jika dibiarkan tanpa tindakan bersama, populasi tikus dapat meningkat tajam dalam waktu singkat.
“Dengan begitu tentunya hal ini sangat berpotensi menimbulkan kerugian besar bagi petani seperti di kecamatan Krui Selatan ini,” ujarnya.
Dijelaskannya, dalam kegiatan di Krui Selatan, metode pengendalian yang digunakan meliputi dua cara utama. Pertama, metode mekanis dengan memanfaatkan stick emposan yang dimasukkan langsung ke dalam lubang atau sarang tikus. Cara ini dinilai cukup efektif karena dapat menekan populasi di titik sumber serangan. Kedua, metode kimiawi melalui pemberian umpan beracun yang ditempatkan pada area strategis di sekitar lahan persawahan.
“Meski metode kimia bisa membantu mempercepat hasil, pihaknya tetap mengimbau agar penggunaannya dilakukan dengan cermat dan bijak,” jelasnya.
Penggunaan racun tikus, kata dia, harus sesuai aturan agar tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan maupun membahayakan hewan lain yang bukan sasaran. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif kelompok tani. Menurutnya, keberhasilan pengendalian OPT tikus sangat ditentukan oleh kesadaran dan kebersamaan petani dalam menjaga lahan pertanian.
“Gerakan ini bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi diharapkan menjadi momentum bagi petani untuk lebih peduli terhadap ancaman hama yang ada di sekitar lahan mereka,” pungkasnya.(yayan/*)