Hamas Serahkan Jenazah Sandera, Israel Kembali Serang Gaza
Peluang Pembebasan Sandera Israel-Amerika dalam Pembicaraan Hamas dan AS. Foto/net--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Ketegangan di Jalur Gaza kembali meningkat setelah kelompok pejuang Palestina, Hamas, menyerahkan dua jenazah yang diakui sebagai sandera Israel kepada Palang Merah, Kamis malam waktu setempat. Serah terima itu berlangsung hanya sehari setelah serangkaian serangan udara Israel kembali menghantam wilayah kantong yang seharusnya berada di bawah gencatan senjata.
Pemerintah Israel mengonfirmasi bahwa jenazah yang diterima merupakan Amiram Cooper dan Sahar Baruch, dua warga Israel yang sebelumnya ditahan Hamas. Kedua jenazah tersebut kini berada di Israel untuk proses identifikasi dan pemakaman resmi.
Serah terima ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat. Berdasarkan perjanjian itu, Hamas membebaskan 20 tawanan hidup dengan imbalan pembebasan hampir 2.000 tahanan politik Palestina. Di sisi lain, Israel sepakat menarik sebagian pasukan dari pusat-pusat perkotaan Gaza.
Namun, situasi di lapangan menunjukkan bahwa gencatan senjata masih rapuh. Sejak kesepakatan diberlakukan pada 10 Oktober, serangan Israel terus berlanjut dan menewaskan ratusan warga Palestina. Data Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 200 korban jiwa dan hampir 600 orang luka-luka akibat serangan selama masa gencatan.
Hamas menyebut masih menghadapi kendala logistik dalam proses penggalian jenazah di wilayah yang hancur akibat pemboman. Mereka meminta dukungan alat berat dan perlengkapan tambahan agar dapat mengevakuasi korban di bawah puing-puing. Israel, sebaliknya, menuding Hamas sengaja memperlambat penyerahan sisa jenazah sandera.
Perselisihan mengenai pemulangan jenazah ini menambah rumit upaya diplomatik yang dipimpin Amerika Serikat untuk mengakhiri perang dua tahun antara Israel dan Hamas. Sejumlah isu besar masih menjadi penghalang, seperti masa depan pemerintahan Gaza dan tuntutan agar Hamas melucuti senjatanya.
Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. PBB mencatat lebih dari 24 ribu ton bantuan telah masuk ke wilayah itu sejak gencatan senjata dimulai, namun distribusinya masih terhambat oleh penutupan perlintasan dan kurangnya izin bagi lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Direktur Program Pangan Dunia (WFP) untuk Timur Tengah menyebut sekitar 20 ribu metrik ton makanan telah dikirim dalam 20 hari terakhir. Namun, akses terbatas dan hambatan administrasi dari otoritas Israel membuat distribusi tidak merata. PBB menyerukan agar lebih banyak LSM diizinkan beroperasi demi mempercepat penyaluran bantuan.
Hingga kini, lebih dari dua juta warga Gaza kehilangan tempat tinggal. Banyak dari mereka terpaksa berpindah berulang kali untuk menghindari gempuran. Tentara Israel dilaporkan terus menghancurkan rumah dan infrastruktur di wilayah timur Kota Gaza, terutama di kawasan Tuffah dan Shujayea, sebagai bagian dari operasi darat yang disebut warga sebagai upaya pembersihan sistematis.
Sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, korban tewas di Gaza telah melampaui 68 ribu orang—mayoritas perempuan dan anak-anak—sementara lebih dari 170 ribu lainnya luka-luka.