Pemerintah Luncurkan BBM Jenis Baru, Biodiesel B50 Kombinasi Solar dan Minyak Sawit
Ilustrasi--
Bacakoran.radarlambar.co - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian resmi meluncurkan bahan bakar minyak (BBM) jenis baru, yang merupakan kombinasi alias campuran antara solar dengan minyak sawit.
Namun belum ada informasi lebih jauh mengenai harga maupun jadwal kapan BBM tersebut mulai dijual di seluruh SPBU Pertamina.
Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman menjelaskan, pihaknya resmi meluncurkan bahan bakar campuran solar dengan minyak sawit. Dengan rasio masing-masing 50 persen atau Biodiesel B50.
Menurutnya peluncuran B50 ini merupakan upaya pemerintah untuk memastikan akses energi yang terjangkau serta ramah lingkungan. Mengingat, B50 bukan hanya mengurangi emisi karbon, akan tetapi juga menekan defisit atas perdagangan.
"B50 bisa menghemat devisa negara untuk impor solar yang membebani keuangan rata-rata hingga Rp 300-400 triliun per tahun," ujar Amran.
Pihaknya juga menilai bahwa pemanfaatan minyak sawit untuk B50 dapat mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor sawit.
"Saat ini kami ditugaskan mengawal kesiapan pemerintah untuk program implementasi Biodiesel B50, tidak hanya dari sisi suplai pada kesiapan bahan baku Crude Palm Oil (CPO), tetapi lebih luas lagi," kata Amran.
Diketahui, BBM Biodiesel B50 diproduksi PT Jhonlin Agro Raya (JAR) dan diuji coba langsung ke kendaraan oleh Mentan tersebut.
Proses uji coba B50 pada kendaraan
Ketua Working Group Biodiesel B50 Dirjen PSP Kementan, Andi Nur Alamsyah mengatakan, dalam uji coba itu, pihaknya menggunakan kendaraan Toyota Kijang Innova tahun 2018 tanpa modifikasi pada mesin ataupun selang. Uji coba tersebut dilaksanakan hingga Juli 2024 dan telah menempuh jarak 170.891 kilometer.
"Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terdapat kelebihan penggunaan B50 meliputi hasil uji coba pada kendaraan publik untuk B50 rata-rata dapat menempuh 11,82 km per liter," kata dia.
Pengujian pada kendaraan lapangan atau double cabin, efisiensi B50 mencapai 10,4 kilometer per liter, sedangkan B35 hanya 9 km per liter. Keunggulan lain dari B50 adalah kandungan sulfurnya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar solar konvensional.
Apabila terlalu tinggi kadarnya sulfur pada solar maka dapat menyebabkan kerak sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada komponen mesin, hingga saluran bahan bakar.
Dengan kandungan sulfur yang lebih rendah, B50 diharapkan bisa memperpanjang umur mesin kendaraan serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Kendati begitu, Andi mengatakan tantangan utama dalam pengembangan Biodiesel B50 adalah pemenuhan bahan baku CPO dan peningkatan efisiensi produksi pabrik. Namun terkait upaya lain pihaknya masih melakukan penyesuaian infrastruktur dan sarana prasarananya untuk program B50 ke depan.(*)