Radarlambar.bacakoran.co- S ebagai langkah strategis untuk merespons ketegangan yang meningkat, Rusia telah mengumumkan revisi doktrin nuklirnya, menurunkan ambang batas keterlibatan nuklir. Perubahan ini mencerminkan sikap Moskow yang semakin waspada terhadap potensi ancaman dari kekuatan lawan, khususnya dengan meningkatnya dukungan militer Barat kepada Ukraina.
Presiden Vladimir Putin menekankan bahwa setiap serangan terhadap Rusia yang melibatkan dukungan dari kekuatan nuklir akan dianggap sebagai serangan bersama terhadap Federasi Rusia. Pernyataan ini diambil sebagai tanggapan atas kemungkinan Ukraina meluncurkan serangan ke dalam wilayah Rusia menggunakan senjata jarak jauh yang diberikan oleh sekutu-sekutunya.
Alexey Malinin, pendiri Pusat Interaksi dan Kerja Sama Internasional di Moskow, menyatakan bahwa meskipun Rusia tidak ingin menggunakan senjata nuklir, ancaman yang terus meningkat memaksa negara itu untuk memperkuat posisi defensif. "Barat terus mengalirkan senjata ke Ukraina, termasuk jet tempur F-16 dan rudal ATACMS buatan AS," ungkapnya. Ia menambahkan bahwa pengembangan infrastruktur NATO di perbatasan Rusia, seperti unit-unit baru di Finlandia, semakin menambah tekanan pada Moskow.
Kekhawatiran terhadap penggunaan senjata nuklir oleh Rusia juga disuarakan oleh kritikus. Leonid Gozman, politisi yang diasingkan, mengungkapkan bahwa pernyataan Putin menandakan tidak adanya batasan moral dalam penggunaan senjata tersebut. Ia mencatat bahwa perubahan ini mengingatkan pada era Soviet yang menekankan untuk tidak pernah melakukan serangan lebih dulu, sementara saat ini, situasinya tampak berbalik.
Putin sendiri memperingatkan bahwa Rusia tidak hanya akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir dalam menghadapi serangan nuklir, tetapi juga terhadap ancaman konvensional. Ini menunjukkan ketegangan yang mendalam dalam hubungan internasional saat ini, terutama mengingat bahwa Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Ukraina, merupakan salah satu kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Dalam menghadapi ketegangan ini, dunia menantikan langkah-langkah selanjutnya dari Rusia dan bagaimana situasi ini akan berkembang di masa depan. Ancaman penggunaan senjata nuklir kembali mencuat, dan kekhawatiran akan bencana kemanusiaan yang dapat ditimbulkan dari konflik ini semakin meningkat. (*)