Radarlambar.Bacakoran.co - Sumatera Selatan memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, salah satunya adalah Tari Ngibing atau dikenal pula dengan nama Nyambai, Timpungan, atau Tari Undan. Tarian ini berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), yang berada di wilayah Sumatera Selatan. Tari Ngibing tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat OKU, tetapi juga merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan di tengah arus modernisasi yang pesat.
Sejarah dan Makna Tari Ngibing
Tari Ngibing adalah tari tradisional kelompok yang telah hidup dan berkembang sejak puluhan tahun lalu di Kabupaten OKU, daerah yang dikenal dengan julukan "Bumi Sebimbing Sekundang." Tari ini memiliki makna sebagai simbol persatuan dan penghormatan, serta menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat.
Secara tradisional, Tari Ngibing ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan dan mempererat hubungan antar masyarakat dalam berbagai acara adat. Tari ini juga menjadi pelengkap dalam upacara pernikahan (dikenal sebagai "payuan") dan acara adat lainnya seperti Ningkukan. Dalam setiap gerakan dan irama musik yang mengiringinya, Tari Ngibing menggambarkan semangat persahabatan, gotong royong, serta keharmonisan hidup bersama.
Keunikan Tari Ngibing
Salah satu keunikan utama dari Tari Ngibing adalah sifatnya yang inklusif dan terbuka bagi semua orang. Jumlah penari dalam tarian ini tidak dibatasi, sehingga siapa saja dari berbagai kalangan masyarakat dapat turut serta. Hal ini mencerminkan filosofi gotong royong dan kebersamaan dalam budaya masyarakat OKU. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, dapat bergabung dalam tarian ini, menjadikannya sebagai salah satu bentuk seni budaya yang sangat merakyat dan mudah diterima oleh semua kalangan.
Selain itu, Tari Ngibing juga diiringi dengan musik tradisional yang khas, yang biasanya menggunakan alat musik tradisional seperti rebana dan gong. Irama musik yang dinamis serta gerakan tarian yang penuh kegembiraan membuat suasana acara menjadi semakin meriah dan hangat. Setiap gerakan dalam Tari Ngibing menggambarkan keramahan dan semangat masyarakat OKU dalam menyambut tamu serta menjalin keakraban.
Pelestarian Tari Ngibing di Tengah Tantangan Zaman
Saat ini, keberadaan Tari Ngibing menghadapi tantangan yang cukup besar. Modernisasi, perubahan gaya hidup, serta minimnya pemahaman generasi muda akan nilai budaya tradisional membuat kesenian ini terancam punah. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan tokoh budaya setempat.
Teddy, salah seorang tokoh masyarakat di OKU, menyampaikan keprihatinannya terkait beberapa seni budaya yang hampir punah, termasuk Tari Ngibing. Ia berharap Dewan Kesenian OKU serta pihak terkait lebih aktif mempromosikan dan melestarikan Tari Ngibing melalui berbagai acara, baik acara formal maupun informal, agar tari ini lebih dikenal oleh masyarakat luas. Ia juga mengusulkan agar Tari Ngibing dipertunjukkan dalam kegiatan-kegiatan besar yang melibatkan masyarakat dari luar daerah sehingga dapat memperkenalkan budaya OKU secara lebih luas.
Upaya Melestarikan Tari Ngibing
Untuk melestarikan Tari Ngibing, pemerintah daerah dan Dewan Kesenian OKU telah melakukan beberapa upaya, di antaranya:
1. Mengadakan Pelatihan dan Workshop: Kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan Tari Ngibing kepada generasi muda agar mereka memahami dan menghargai warisan budaya leluhur mereka.
2. Memasukkan Tari Ngibing dalam Kurikulum Sekolah: Melalui program muatan lokal di sekolah, anak-anak diperkenalkan pada Tari Ngibing sebagai bagian dari pelajaran kesenian dan budaya daerah.
3. Menggelar Festival Tari Ngibing: Festival ini dilakukan secara rutin agar masyarakat dapat menyaksikan langsung Tari Ngibing dan memotivasi mereka untuk ikut serta dalam melestarikan tarian ini.