Prabowo Serukan Persatuan Negara Muslim dan Kritik Solidaritas yang Lemah dalam Isu Kemanusiaan

Jumat 20 Dec 2024 - 10:17 WIB
Reporter : Mujitahidin
Editor : Mujitahidin

Radarlambar.Bacakoran.co - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam pidatonya pada sesi khusus Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-11 Developing Eight (D-8) yang digelar di Istana Kepresidenan New Administrative Capital, Kairo, Mesir, Jumat 20 Desember 2024, menegaskan pentingnya persatuan dan kerja sama antarnegara Muslim. Dalam pidato itu, Prabowo mengkritik lemahnya solidaritas negara-negara Muslim dalam menyikapi berbagai isu global, termasuk perdamaian dan kemanusiaan.



Prabowo memulai pidatonya dengan menyoroti kenyataan bahwa meski banyak negara Muslim yang secara terbuka mendukung Palestina dan Suriah, bentuk dukungan itu sering kali terbatas pada pernyataan politik dan bantuan kemanusiaan yang tidak disertai langkah konkret untuk membawa perubahan.



Menurut Prabowo, kita semua sering menyatakan dukungan untuk Palestina, Suriah dan negara-negara lain yang membutuhkan, tapi kita harus mempertanyakan sejauh mana dukungan itu benar-benar membantu. Bantuan kemanusiaan saja tidak cukup tanpa ada tindakan nyata untuk mengubah keadaan.

Ia pun menekankan pentingnya negara-negara Muslim bekerja sama dengan lebih erat, menyamakan suara, dan menghindari perpecahan yang justru merugikan umat Islam itu sendiri. Ditegaskannya, di saat saudara-saudara kita kesusahan, kita memberikan pernyataan dukungan dan bantuan kemanusiaan. Tapi mari kita lihat realitanya—kita harus bekerja sama, menyamakan suara dan tidak terpecah belah.



Dalam pidatonya, Prabowo juga mengkritik strategi divide et impera yang kerap kali digunakan untuk melemahkan solidaritas dunia Islam. Ia menyebutkan bahwa banyak konflik internal yang terjadi di negara-negara Muslim menjadi contoh bagaimana ketidakpaduan di antara sesama negara Muslim justru memperburuk keadaan.



Menurutnya mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia itu, konflik internal antarnegara Muslim ini harus segera diatasi. Kapan ini akan berakhir? Bagaimana bisa membantu Palestina jika terus bermusuhan satu sama lain?.



Prabowo tidak hanya menyoroti masalah internal, tetapi juga mencatat bahwa dunia internasional sering kali mengabaikan suara negara-negara Muslim, terutama dalam hal hak asasi manusia. Ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap realitas global yang menunjukkan bahwa isu HAM sering kali diabaikan ketika yang terlibat adalah umat Muslim. Hak asasi manusia sering kali tidak berlaku bagi umat Muslim dan ini kenyataan yang sangat menyedihkan.



Namun, meskipun menghadapi tantangan besar, Prabowo menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk memperkuat kerja sama antarnegara Muslim. Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperkuat hubungan. Dirinya akan terus mendorong persatuan dan kerja sama karena itu adalah jalan terbaik untuk masa depan umat Muslim.



Melalui pidato itu, Prabowo berharap agar negara-negara Muslim dapat bersatu dalam menghadapi tantangan global, khususnya dalam upaya memperjuangkan hak-hak umat Islam di dunia.(*)

Kategori :