WAY TENONG – Insiden ambruknya atap gedung laboratorium di SMPN Satu Atap (Satap) 1 Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat, pada Minggu, 15 Desember 2024, malam menjelang dini hari, mengundang perhatian serius dari berbagai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Lampung Barat.
Terlebih kerusakan tersebut berdampak besar pada kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut, terutama untuk siswa kelas 7 yang kini terpaksa menggunakan ruang kelas yang tidak memadai.
Atap yang ambruk merupakan bagian dari gedung laboratorium yang selama ini digunakan sebagai ruang kelas sementara, menyusul kerusakan berat yang dialami gedung lainnya. Kondisi ini menambah daftar panjang masalah fasilitas pendidikan di daerah tersebut yang sebelumnya juga sudah mengalami kerusakan serius.
Kepala Disdikbud Lambar, Bulki Basri, S.Pd. M.M., melalui Kabid Pembinaan Pendidikan Dasar, Seno Susanto S.E. M.M., melakukan peninjauan langsung ke lokasi, Pada Jumat, 20 Desember 2024.
Hasil pengecekan lapangan akan digunakan untuk laporan resmi kepada Bupati melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
”Saat ini kami masih menunggu arahan lebih lanjut dari Bupati terkait langkah penanganan yang harus diambil. Kami komitmen untuk segera menyelesaikan masalah ini, namun memerlukan koordinasi lintas sektor, terutama dengan BPBD dan pemerintah daerah,” ujarnya.
Kondisi gedung yang semakin rusak membuat SMPN Satu Atap 1 Way Tenong menghadapi kesulitan besar dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar. Sehamudin, salah seorang guru setempat, menyampaikan kekhawatirannya, terutama jika kerusakan ini tidak segera ditangani sebelum masa liburan sekolah berakhir.
”Jika tidak ada upaya perbaikan dalam waktu dekat, kami khawatir kegiatan belajar mengajar akan terhambat parah setelah liburan. ”Kondisi ruang kelas yang terbatas dan tidak layak pakai membuat kami bingung melanjutkan proses pembelajaran," kata dia.
Sementara Kepala Sekolah Hadi Ismanto, AM., SE., menambahkan, ruang laboratorium yang ambruk adalah satu-satunya ruang kelas yang masih bisa digunakan oleh siswa kelas 7. Sementara itu, ruang kelas lainnya juga sudah tidak memungkinkan digunakan karena kerusakan yang cukup parah.
"Jika ruang ini juga tidak bisa digunakan, kami akan kesulitan mencari alternatif untuk tempat belajar siswa. Kami sangat berharap agar segera ada perbaikan agar kegiatan belajar mengajar dapat kembali berjalan dengan lancar," paparnya.
Insiden ini tidak hanya menjadi sorotan bagi pihak sekolah, tetapi juga mengundang perhatian dari masyarakat setempat. Banyak yang berharap agar pemerintah daerah segera mengambil tindakan cepat untuk memperbaiki kerusakan gedung ini. Dengan adanya laporan dari Disdikbud kepada Bupati, diharapkan ada solusi konkret yang bisa segera diterapkan.
Keprihatinan masyarakat semakin meningkat karena cuaca yang tidak menentu, terutama dengan ancaman hujan deras di musim penghujan yang dapat memperparah kerusakan gedung yang sudah rapuh. Oleh karena itu, masyarakat, guru, dan siswa berharap agar penanganan kerusakan ini menjadi prioritas utama pemerintah daerah. (rinto/nopri)