RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Bulan Sya'ban, yang merupakan bulan penting bagi umat Islam, sering disebut dengan nama Ruwah oleh masyarakat Jawa. Nama ini tentu mengundang rasa penasaran, mengingat istilah tersebut berbeda dengan penamaan dalam kalender Islam.
Dalam ajaran Islam, Sya’ban merupakan bulan yang mulia, di mana umat Islam dianjurkan memperbanyak amal ibadah, terutama karena bulan ini berada di antara dua bulan yang juga dianggap mulia, yakni Rajab dan Ramadhan.
Namun, tak banyak yang tahu asal mula kenapa orang Jawa menyebut bulan Sya'ban dengan nama Ruwah.
Almarhum KH. Maemun Zubair (Mbah Moen), seorang ulama kharismatik asal Rembang, pada suatu waktu pernah menjelaskan bahwa istilah Ruwah berasal dari kata Arab arwah yang berarti roh atau arwah.
Kata ini kemudian diserap ke dalam bahasa Jawa dan dikenal dengan sebutan Ruwah. Hal ini diungkapkan oleh Gus Baha, guru dari Mbah Moen, dalam sebuah kajian yang dipublikasikan di YouTube pada 30 Januari 2025.
Menurut Gus Baha, Sya'ban atau Ruwah disebut sebagai bulan arwah, karena pada bulan ini masyarakat Jawa mendoakan arwah leluhur mereka.
Tradisi ini berakar dari kebiasaan yang ada di Yaman, di mana pada bulan Sya'ban diadakan haul Nabi Hud, dan para kiai di Jawa mengirimkan doa pada waktu yang sama.
Inilah yang kemudian melahirkan tradisi ruwah atau ruwahan, yang sudah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadhan.
Selain itu, dalam masyarakat Jawa, bulan Sya'ban atau Ruwah menjadi waktu yang istimewa untuk mengadakan berbagai ritual, seperti tahlil, sedekah, dan ziarah kubur.
Masyarakat melakukan ini untuk mendoakan arwah para leluhur sebagai persiapan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Tradisi ini dikenal dengan berbagai istilah di berbagai daerah, seperti arwahan, nyekar (Jawa Tengah), kosar (Jawa Timur), dan munggahan (Tatar Sunda).
Meskipun nama tradisinya berbeda-beda, pada dasarnya semua berfokus pada kegiatan mendoakan arwah.
Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, tradisi ini sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan, terutama menjelang Ramadhan.
Jika tradisi ini tidak dilaksanakan, terasa ada yang kurang dalam menyambut datangnya bulan penuh berkah tersebut.(*)