UAS: Negara Harus Ciptakan Lapangan Kerja, Bukan Memberi Makan Anak

Minggu 23 Feb 2025 - 12:55 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Belakangan ini, Indonesia sedang diwarnai perdebatan sengit mengenai kebijakan pemerintah terkait Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program yang diluncurkan pada Januari 2025 ini bertujuan untuk memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi yang cukup, terutama bagi mereka yang berada di daerah kurang mampu. Namun, kebijakan ini tidak lepas dari kritik.

Salah satu tokoh agama yang mengungkapkan pandangannya tentang program ini adalah Ustadz Abdul Somad. Menurutnya, tanggung jawab negara tidak seharusnya untuk memberi makan anak, melainkan untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang tua. UAS mengingatkan bahwa yang lebih penting adalah memastikan bahwa orang tua memiliki pekerjaan yang layak, sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, termasuk memberi makan anak-anak mereka dengan gizi yang cukup.

Kebijakan Pemerintah: Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan
Di sisi lain, pemerintah mendukung kebijakan MBG dengan keyakinan bahwa program ini dapat memberi dampak positif bagi perekonomian daerah. Dengan memberikan makan bergizi secara gratis, diharapkan dapat mengurangi angka stunting dan malnutrisi pada anak-anak, serta memperbaiki kualitas hidup mereka. Program ini juga dianggap bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, karena uang yang dikeluarkan untuk program ini akan berputar di tingkat desa dan kecamatan.

Program ini menjadi bagian dari kebijakan prioritas pemerintah yang juga mencakup kenaikan upah minimum, penyaluran bantuan sosial, dan pemberian stimulus ekonomi untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Dengan demikian, pemerintah berusaha untuk menyeimbangkan antara penyediaan bantuan langsung bagi masyarakat dan upaya menciptakan lapangan pekerjaan.

Pandangan Berbeda: Tanggung Jawab Keluarga
Namun, meskipun pemerintah menganggap kebijakan ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak, pandangan dari sejumlah pihak, termasuk Ustadz Abdul Somad, menyatakan bahwa negara seharusnya tidak menjadi penanggung jawab utama dalam urusan memberikan makan kepada anak. UAS berpendapat bahwa yang lebih penting adalah memberikan kesempatan kerja yang baik bagi orang tua, agar mereka dapat memenuhi kebutuhan keluarga tanpa harus bergantung pada bantuan negara.

Menurutnya, jika orang tua memiliki pekerjaan yang layak dan penghasilan yang cukup, mereka akan bisa memberikan kebutuhan hidup yang memadai untuk anak-anak mereka. Oleh karena itu, bagi UAS, program makan bergizi gratis tidak seharusnya menjadi solusi utama bagi masalah kemiskinan atau malnutrisi.

Peluang Ekonomi dari Program MBG
Meskipun ada perdebatan tentang peran negara dalam kebijakan ini, beberapa pihak tetap melihat potensi ekonomi positif dari program MBG. Pemerintah percaya bahwa program ini dapat meningkatkan perputaran uang di tingkat lokal, karena dana yang dikeluarkan untuk program tersebut akan disalurkan ke desa dan kecamatan. Hal ini diharapkan dapat membantu menggerakkan perekonomian daerah dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.

Dengan memperkenalkan program MBG, pemerintah juga berharap dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia, sekaligus menciptakan kesetaraan dalam akses gizi yang baik untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu. Selain itu, program ini diharapkan menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah stunting dan malnutrisi yang masih menjadi isu besar di banyak daerah.

Menghadapi Tantangan Sosial dan Ekonomi
Perdebatan tentang program MBG menunjukkan kompleksitas masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi Indonesia. Meski kebijakan ini memiliki niat baik untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak, kritik yang muncul juga menyentuh sisi lain dari masalah ini, yakni pentingnya kemandirian ekonomi keluarga.

Pada akhirnya, kebijakan yang dijalankan pemerintah harus mampu menyeimbangkan bantuan langsung seperti MBG dengan upaya untuk menciptakan kesempatan kerja yang layak bagi orang tua. Negara harus dapat menyediakan kedua aspek ini dengan bijak, agar setiap lapisan masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

Perdebatan ini memperlihatkan bahwa Indonesia sedang berusaha menemukan solusi yang tepat untuk masalah kemiskinan dan ketimpangan sosial. Dengan kombinasi kebijakan yang mendukung pemberdayaan ekonomi keluarga dan program-program sosial yang efektif, diharapkan negara bisa menciptakan kesejahteraan yang lebih merata bagi seluruh warganya.

Kategori :