Radarlambar.bacakoran.co - Mantan pemain dari Oriental Sirkus Indonesia (OCI), Awaludin Anton, baru-baru ini mengungkapkan pengalaman mengecewakan yang ia dan rekan-rekannya alami saat berkarir di dunia sirkus. Dalam sebuah wawancara, Anton mengungkapkan bahwa selama bertahun-tahun bekerja di OCI, mereka tidak pernah menerima gaji. Menurutnya, pihak sirkus memiliki alasan untuk tidak memberi kompensasi, dengan menganggap para pemain sebagai anak-anak yang tidak membutuhkan upah.
Upaya Hukum yang Terbengkalai: Kasus Tidak Pernah Diselesaikan
Masalah ini, ternyata sudah pernah disuarakan sejak 1997, ketika para pemain mengadukan kasus ini ke Komnas Hak Asasi Manusia (HAM). Pada saat itu, Komnas HAM mencatatkan permasalahan ini dan pihak OCI mengakui adanya eksploitasi. Meskipun ada upaya agar hak-hak dan kompensasi para pemain dipenuhi, semuanya berakhir tanpa penyelesaian yang jelas. Anton mengatakan, meskipun situasi negara pada waktu itu tengah tidak stabil, tetap saja hal ini sangat mempengaruhi kelanjutan proses penyelesaian kasus yang sudah dilaporkan.
Langkah Pemerintah untuk Mencari Solusi
Berkaca pada kenyataan pahit ini, Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, menyatakan bahwa pihaknya telah menampung laporan dari mantan pemain sirkus OCI dan sedang berusaha mencari solusi terbaik. Mugiyanto menyebutkan bahwa pihaknya akan meminta keterangan dari OCI dan Taman Safari Indonesia (TSI), tempat sirkus ini beroperasi, dalam pertemuan yang dijadwalkan pada minggu depan. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) juga turut dilibatkan untuk membantu penyelesaian masalah ini.
Pelajaran dari Kasus Sirkus: Perlindungan Hak Pekerja Hiburan
Cerita Anton dan rekan-rekannya menjadi cerminan betapa buruknya kondisi yang dialami oleh banyak pekerja di industri hiburan, khususnya di dunia sirkus, yang seringkali terabaikan hak-haknya.