Radarlambar.bacakoran.co - Kabupaten Lampung Barat tidak hanya kaya akan keindahan alam dan tradisi adatnya, tetapi juga menyimpan kekayaan kuliner yang unik dan sarat makna. Salah satunya adalah Gulai Pupput (atau sering juga disebut Pepput), sebuah hidangan tradisional khas yang hingga kini masih lestari di tengah masyarakat, terutama dalam acara adat seperti pernikahan, khitanan, hingga syukuran.
Hidangan Tradisional Bernilai Filosofis
Gulai Pupput bukan sekadar masakan berkuah. Di balik cita rasa sederhananya, tersimpan nilai-nilai kearifan lokal, budaya kebersamaan, dan ketahanan pangan berbasis lokal. Disebut “pupput” karena dalam bahasa daerah, istilah ini mengacu pada sesuatu yang cepat habis. Artinya, gulai ini memang digemari masyarakat dan cocok disajikan dalam jumlah besar untuk banyak orang—murah, praktis, dan mengenyangkan.
Makanan ini juga mencerminkan etos hidup masyarakat masa lalu yang memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di sekitar rumah. Pada zaman dahulu, saat akses terhadap bahan makanan modern masih terbatas, masyarakat membuat gulai ini dari tumbuhan liar, rempah lokal, dan bahan sederhana, tanpa mengurangi cita rasa dan nilai gizinya.
Tak kalah penting, proses pembuatan gulai ini juga menjadi simbol gotong royong. Warga biasanya bekerja sama dalam mencari bahan, menyiapkan bumbu, hingga memasak secara bersama-sama. Ini menjadi bagian dari upaya menjaga keharmonisan dan kekompakan sosial dalam masyarakat.
Bahan-Bahan Alami dari Alam Sekitar
Gulai Pupput berbahan dasar tumbuhan alami yang banyak tumbuh liar di sekitar pekarangan. Bahan utama yang sering digunakan antara lain:
1. Pakis muda – dipotong dan disiram air panas untuk menghilangkan lendir
2. Kecombrang – dibelah sesuai selera, memberi aroma khas
3. Daun kemangi – penambah aroma dan rasa segar
4. Petai cina (kering) – direbus hingga empuk
5. Kacang merah – sumber protein nabati
6. Buah lesuh (buah kayu asam) – pengganti asam pada masa dulu
7. Bawang tradisional/jakkul – irisan bawang lokal khas
8. Air rebusan petai cina – sebagai kuah gulai yang kaya rasa
Untuk bahan pengasaman, dahulu digunakan buah lesuh karena belum ada tomat atau asam jawa. Kini, seiring perkembangan zaman, asam kandis menjadi alternatif yang lebih umum digunakan.
Bumbu-Bumbu Gulai Pupput
Bumbu yang digunakan juga khas dan sederhana, terdiri dari:
1. Cabai rawit giling – sesuai selera pedas
2. Kunyit halus – memberi warna dan aroma
3. Laos parut dan serai geprek – menambah aroma khas
4. Bawang merah dan putih halus
5. Kelapa parut giling – untuk kekayaan rasa
6. Garam dan gula merah secukupnya
Yang menarik, gulai ini tidak menggunakan minyak goreng, sehingga rendah lemak dan lebih sehat. Semua bahan dimasak dengan cara dikukus atau direbus, tanpa proses penggorengan.
Cara Memasak Gulai Pupput
- Campur bahan utama seperti pakis, kecombrang, petai cina, kacang merah, dan jakkul dalam baskom.
- Dalam wadah terpisah, campur semua bumbu halus. Siapkan kuali, lalu susun bahan dan bumbu secara berlapis (bahan – bumbu – bahan – bumbu).
- Tambahkan air rebusan petai cina secukupnya hingga menyatu.
- Masak di atas api sedang sambil sesekali diaduk perlahan.
- Tambahkan daun kemangi di akhir proses memasak.
- Masak hingga air menyusut dan gulai agak mengering.
Hidangan ini semakin enak dan tahan lama jika dimasak hingga kering. Rasa asam dari buah lesuh atau asam kandis berperan sebagai pengawet alami agar gulai tidak cepat basi.
Penyajian dan Penyimpanan
Gulai Pupput sebaiknya disajikan bertahap sesuai kebutuhan agar tidak cepat basi. Hindari terkena air mentah dan simpan di wadah tertutup yang bersih dan kering. Penyimpanan di tempat bersuhu sedang, jauh dari lalat atau udara lembap, bisa membuat gulai ini awet hingga beberapa hari.
Penyebaran Kuliner Gulai Pupput
Hidangan ini masih banyak ditemukan di daerah-daerah di Lampung Barat, seperti: Kecamatan Belalau, Batu Brak, Batu Ketulis, Balik Bukit, Kebun Tebu dan Gedung Surian
Gulai Pupput bukan sekadar menu tradisional, tapi juga identitas budaya lokal yang mencerminkan kesederhanaan, kekompakan, dan kecintaan masyarakat pada alam. Kuliner ini patut dilestarikan, dikenalkan ke generasi muda, bahkan dijadikan sebagai kuliner unggulan daerah dalam promosi wisata budaya Lampung Barat. (*)
Kategori :