Kota-Kota Membara: Iran dan Israel Terjebak dalam Perang Terbuka

Senin 16 Jun 2025 - 16:30 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Konflik antara Iran dan Israel semakin mendekati titik didih. Sejak Jumat, 13 Juni 2025, kedua negara terlibat dalam serangan terbuka yang terus meningkat intensitasnya, menandai salah satu konfrontasi militer paling serius di kawasan Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir.

Hingga Senin pagi, 16 Juni 2025, ledakan demi ledakan masih terdengar di berbagai kota strategis. Serangan balasan dari masing-masing pihak menambah kepanikan warga sipil. Evakuasi massal terjadi di Teheran, Tel Aviv, hingga Yerusalem. Pemerintah di kedua belah pihak bahkan telah menginstruksikan warganya untuk meninggalkan zona-zona yang diperkirakan menjadi target serangan berikutnya.

Di pihak Iran, target utama serangan Israel adalah fasilitas militer dan gudang rudal yang tersebar di wilayah barat dan utara negara tersebut. Shahriar, Eslamshahr, dan Vavan menjadi saksi kehancuran akibat serangan udara yang menghantam permukiman warga dan instalasi strategis. Markas intelijen dan kantor kementerian luar negeri Iran ikut menjadi sasaran. Bahkan, pasar utama Teheran lumpuh total, sementara jalan-jalan keluar kota dipenuhi warga yang mengungsi.

Iran tak tinggal diam. Serangan balasan dilancarkan ke jantung wilayah Israel. Rudal-rudal menghantam Tel Aviv, Haifa, dan Yerusalem. Infrastruktur sipil menjadi korban, termasuk tempat ibadah dan perumahan padat penduduk. Jumlah korban jiwa dan luka-luka terus bertambah di kedua negara, dengan mayoritas adalah warga sipil.

Di tengah gempuran senjata, situasi diplomatik pun memanas. Iran menyatakan keberatan atas keterlibatan Amerika Serikat yang dinilai memberikan dukungan strategis kepada Israel. Rencana perundingan nuklir pun berada di ambang pembatalan. Teheran telah memperingatkan negara-negara mediator seperti Qatar dan Oman agar tidak memfasilitasi operasi Israel jika tak ingin menjadi target berikutnya.

Washington berada dalam posisi sulit. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa perang ini mungkin tak terhindarkan, namun tekanan untuk menemukan jalan damai tetap tinggi. Sementara itu, perpecahan muncul di tubuh Pentagon antara mereka yang ingin memperkuat dukungan militer terhadap Israel dan pihak yang khawatir hal itu akan mengganggu keseimbangan kekuatan di Asia.

Selama empat hari konflik, korban di pihak Iran telah mencapai ratusan, termasuk ilmuwan nuklir dan warga sipil. Di sisi lain, Israel juga mengalami kerugian besar, baik dari segi infrastruktur maupun jiwa. Kedua negara kini berdiri di tepi jurang perang berskala penuh, dan dunia menyaksikan dengan napas tertahan.

Kini, enam tautan live camera yang tersebar di berbagai kota di Iran dan Israel memungkinkan masyarakat global menyaksikan langsung situasi yang mencekam ini. Langit cerah yang tampak dari layar tak mampu menyembunyikan awan gelap peperangan yang terus menggulung di atas wilayah-wilayah tersebut.

Pertanyaan yang tersisa kini bukan lagi siapa yang akan menang, tapi seberapa besar harga yang harus dibayar untuk ambisi kekuasaan dan pertikaian yang tampaknya tak mengenal ujung. (*)



Kategori :