Radarlambar.bacakoran.co -Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menyiapkan langkah besar dalam pengelolaan sampah kota dengan merencanakan pembangunan empat hingga lima unit Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menjawab persoalan volume sampah yang terus meningkat di ibu kota, sekaligus sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Hingga kini, Pemprov masih menanti terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) sebagai dasar hukum pelaksanaan proyek tersebut. Namun demikian, kesiapan Jakarta sudah berada di jalur yang tepat. Proyek ini dirancang agar hasil listrik dari PLTSa nantinya dapat langsung disalurkan ke PT PLN (Persero), tanpa membebani anggaran daerah melalui skema tipping fee—biaya yang sebelumnya harus dibayarkan untuk setiap ton sampah yang dikelola oleh pihak ketiga.
Dengan model baru ini, pemerintah daerah berharap dapat menghemat anggaran sekaligus mengurangi ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang selama ini menjadi solusi akhir pengelolaan sampah.
Teknologi PLTSa sendiri kini dianggap semakin terjangkau dan tidak lagi eksklusif. Negara-negara seperti Singapura, Vietnam, dan Tiongkok telah lebih dulu mengadopsi teknologi serupa dan berhasil mengoperasikannya secara efisien. Jakarta optimistis mampu menerapkan sistem yang sama berbekal kapasitas teknis yang dimiliki serta potensi besar dari produksi sampah harian.
Setiap hari, Jakarta menghasilkan sekitar 7.700 ton sampah, dengan total timbunan yang mencapai puluhan juta ton. Ini menjadi sumber daya potensial yang, jika dikelola dengan baik, bisa diubah menjadi energi listrik yang bermanfaat bagi masyarakat.
Rencana pembangunan PLTSa ini bukan hanya soal solusi teknis, tetapi juga langkah strategis Jakarta dalam menyelaraskan isu lingkungan, kebutuhan energi, dan efisiensi anggaran secara berkelanjutan. (*)
Kategori :