Candi Banyunibo, Keheningan Sang Penjaga Waktu di Tengah Sawah

Kamis 19 Jun 2025 - 19:37 WIB
Reporter : Yayan Prantoso

Radarlambar.Bacakoran.co - Disudut tenang Desa Cepit, Kecamatan Bokoharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, berdiri sebuah candi mungil yang mungkin tak banyak dikenal wisatawan. Namanya Candi Banyunibo.

Namun, justru dari keterpencilannya itu, Banyunibo menyimpan pesona yang kuat. Tak heran jika warga sekitar menyebutnya dengan nama penuh makna: “Si Sebatang Kara.” Julukan tersebut muncul dari kenyataan bahwa Banyunibo berdiri sendiri, tidak dikelilingi oleh kompleks candi lain sebagaimana lazimnya peninggalan masa klasik. Di tengah hamparan sawah dan pepohonan yang menghijau, candi ini tampak seperti bangunan yang menjaga ketenangan zaman.

Kesederhanaannya justru menjadi daya tarik, terutama bagi mereka yang mencari ketenangan dan nuansa spiritual dalam balutan sejarah. Secara simbolik, nama ini menyiratkan suasana yang hening dan menyegarkan layaknya tetesan air yang jatuh di tengah keheningan alam.

Lokasi candi yang tersembunyi di antara ladang dan hutan membuat atmosfernya terasa sangat tenang, jauh dari hiruk pikuk kota. Dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno, Candi Banyunibo merupakan peninggalan agama Buddha. Meskipun ukurannya tergolong kecil, struktur bangunannya tetap menunjukkan kemegahan khas candi-candi Nusantara.

Satu bangunan induk berdiri menghadap ke barat, dikelilingi oleh beberapa stupa kecil yang menjadi bagian dari susunan candi perwara. Keberadaan stupa ini memperkuat identitas Banyunibo sebagai tempat suci pemujaan ajaran Buddha pada masanya.

Kedua patung ini diyakini sebagai simbol pelindung, sebagaimana banyak ditemui di candi-candi kuno lainnya. Meskipun tidak terlalu tinggi atau luas, dinding luar candi dipenuhi ornamen pahatan yang rumit, termasuk motif kala-makara, tumbuhan, dan relief yang menggambarkan kisah spiritual. Memasuki ruangan dalam candi, pengunjung akan disambut oleh ruang sempit yang tampak sederhana namun sakral.

Dari salah satu bilik di sisi selatan, panorama persawahan terbentang indah, menawarkan pemandangan yang kontras namun selaras dengan suasana batin. Tidak banyak ruang dalam candi ini, namun justru dari keterbatasan itu muncul perasaan khusyuk dan reflektif. Sayangnya, seiring perjalanan waktu dan paparan cuaca, sebagian besar relief ini telah mengalami kerusakan. Meski demikian, sisa-sisa pahatan yang masih terlihat tetap menjadi saksi bisu akan nilai spiritual dan kebijaksanaan yang dulu dijunjung tinggi.

Terletak di tengah kawasan agraris, candi ini dikelilingi oleh lahan pertanian yang hijau dan udara yang segar. Burung-burung berkicau, angin bertiup pelan, dan suasana hening menjadi bagian dari pengalaman yang ditawarkan tempat ini. Banyunibo bukan sekadar situs bersejarah, tetapi juga ruang kontemplasi yang menyatukan alam dan budaya dalam satu harmoni yang menenangkan.

Candi ini juga menggambarkan betapa berwarnanya spiritualitas masyarakat Jawa di masa lalu. Dalam satu wilayah, dapat ditemukan bangunan-bangunan peninggalan Hindu dan Buddha berdiri berdampingan, mencerminkan nilai toleransi dan keharmonisan yang telah tertanam sejak lama. Banyunibo menjadi bagian dari narasi besar itu sebuah pengingat bahwa perbedaan pernah dirayakan, bukan dipertentangkan.

Saat ini, upaya pelestarian terhadap Candi Banyunibo terus dilakukan oleh pemerintah dan komunitas budaya. Akses jalan menuju lokasi telah dibenahi, dan promosi wisata mulai digencarkan, terutama untuk memperkenalkan destinasi-destinasi alternatif yang menawarkan ketenangan dan pengalaman historis yang otentik.

Wisatawan yang datang ke tempat ini bukan hanya diajak melihat bangunan kuno, tetapi juga merenungi nilai-nilai masa lalu yang masih relevan untuk masa kini. Dengan segala keunikan dan pesonanya, Candi Banyunibo layak menjadi destinasi wisata budaya yang diperhitungkan. Ia bukan hanya peninggalan sejarah, melainkan juga ruang spiritual, tempat menyepi, dan sumber inspirasi. Di tengah perkembangan zaman yang serba cepat, Banyunibo hadir sebagai pengingat akan pentingnya jeda, keheningan, dan penghormatan terhadap warisan leluhur.(*/yayan) 

 

Kategori :