Krisis Ganda AS: Serang Iran, Diterpa Gelombang Panas Ekstrem

Minggu 22 Jun 2025 - 15:37 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Edi Prasetya

Radarlambar.bacakoran.co- Amerika Serikat tengah menghadapi dua krisis besar yang terjadi bersamaan: keterlibatannya dalam konflik militer di Timur Tengah dan fenomena cuaca ekstrem di dalam negeri. Serangan udara ke fasilitas nuklir Iran yang dilakukan bersama Israel pada 21–22 Juni 2025 memicu eskalasi geopolitik global, sementara tekanan dari gelombang panas yang melanda hampir seluruh wilayah AS menambah beban domestik yang signifikan.

Serangan udara yang menggunakan pesawat siluman B-2 dan bom penghancur bunker itu menargetkan tiga fasilitas penting Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Presiden Donald Trump menyebut misi ini sukses, mengklaim seluruh pesawat kembali dengan selamat dan menyampaikan bahwa langkah tersebut dimaksudkan untuk memaksa Iran menurunkan intensitas konfliknya dengan Israel.

Namun, kesibukan militer tersebut terjadi di tengah bencana iklim domestik yang belum pernah terjadi dalam skala seluas ini.

Gelombang Panas Parah Akibat “Heat Dome”

Sejak awal Juni, tekanan atmosfer tinggi dalam pola fenomena *heat dome* telah membungkus wilayah Great Plains hingga Pantai Timur dan Midwest. Lebih dari 200 juta warga AS kini menghadapi cuaca ekstrem dengan suhu yang melonjak ke angka 37–39°C (100–102°F), bahkan lebih tinggi ketika dikombinasikan dengan kelembapan, yang menghasilkan indeks panas 43–45°C.

Kondisi malam hari yang biasanya menjadi momen tubuh untuk pulih pun tidak memberikan jeda. Suhu tetap tinggi di kisaran 25–27°C, menciptakan kondisi yang menguras stamina dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan individu dengan riwayat penyakit kronis.

Kota-Kota Besar di Titik Kritis

Wilayah seperti New York, Boston, Philadelphia, Chicago, dan Washington DC mengalami hari-hari terpanas dalam sejarah mereka. Banyak dari kota-kota ini diprediksi akan memecahkan rekor suhu harian yang bertahan sejak awal abad ke-20. Titik puncak gelombang panas diperkirakan terjadi pada 23–25 Juni, di mana suhu dan kelembapan tidak akan banyak turun bahkan di malam hari.

Badan Cuaca Nasional AS memperingatkan bahwa peringatan risiko panas ekstrem di level tertinggi telah diberlakukan dari Midwest hingga Pantai Timur. Diperkirakan lebih dari 250 rekor suhu akan pecah dalam dua hari ke depan.

Dampak Kesehatan dan Sosial

Gelombang panas menjadi bentuk cuaca ekstrem paling mematikan di AS, mengakibatkan rata-rata 800 kematian per tahun sejak 1999. Kondisi ekstrem yang berlangsung selama beberapa hari ini meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit terkait panas seperti heatstroke, dehidrasi, serta lonjakan kunjungan ke ruang gawat darurat.

Studi terbaru dari Layanan Cuaca Nasional menyebut bahwa suhu malam yang terus meningkat akibat perubahan iklim memperburuk kondisi, karena tubuh tidak memiliki waktu cukup untuk mendingin. Akibatnya, risiko kematian meningkat drastis terutama di daerah urban yang minim ruang hijau atau ventilasi alami.

Krisis Iklim di Tengah Ketegangan Global

Titik balik matahari musim panas yang terjadi pada 21 Juni menandai secara astronomis awal musim panas di belahan bumi utara, di mana AS mendapatkan intensitas matahari tertinggi dalam setahun. Secara meteorologis, ini memperpanjang durasi panas ekstrem yang kemungkinan akan berlangsung hingga pertengahan Agustus.

Sementara itu, krisis politik dan militer di Timur Tengah telah menyedot fokus Washington. Namun, pengamat kebijakan publik memperingatkan bahwa perhatian terhadap isu domestik seperti krisis iklim, infrastruktur kesehatan, dan perlindungan sipil tak boleh diabaikan. Apalagi gelombang panas ekstrem bukan hanya ancaman sementara, tetapi bagian dari tren jangka panjang akibat perubahan iklim global.

Kategori :