Rdaralambar.bacakoran.co -Turki, yang selama ini menjadi destinasi favorit wisatawan dunia berkat kekayaan sejarah dan biaya liburan yang relatif terjangkau dibandingkan negara-negara Eropa lainnya, kini mulai menghadapi tantangan serius. Laporan terbaru mengindikasikan turunnya tingkat hunian hotel di negara tersebut akibat melonjaknya biaya liburan yang semakin mahal.
Beberapa laporan industri pariwisata menyoroti bahwa harga di Turki kini setara bahkan melebihi beberapa negara tujuan populer seperti Spanyol, Yunani, dan Dubai. Kenaikan biaya akomodasi menjadi faktor utama, khususnya di destinasi wisata utama seperti Antalya dan Bodrum. Biaya liburan keluarga di kawasan tersebut bisa mencapai lebih dari 150.000 lira Turki atau sekitar Rp 61 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan biaya serupa di Yunani yang berkisar antara Rp 32 juta hingga Rp 40,5 juta.
Situasi ekonomi nasional yang tengah menghadapi inflasi dan peningkatan biaya layanan turut menekan margin keuntungan para pelaku usaha pariwisata. Kenaikan biaya input dipaksa untuk dibebankan ke konsumen, sehingga para wisatawan asing mulai merasakan Turki tidak lagi menjadi pilihan yang ekonomis. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran berkurangnya daya tarik negara tersebut sebagai destinasi wisata yang memberikan nilai lebih untuk uang yang dikeluarkan.
Meski pada tahun sebelumnya Turki sempat mencatatkan jumlah pengunjung asing yang melebihi Italia dengan total 56,7 juta wisatawan, data terkini menunjukkan tren penurunan. Selama lima bulan pertama tahun 2025, kedatangan wisatawan asing ke Turki turun sekitar 0,15 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini semakin terlihat pada bulan Mei dengan angka 1,81 persen. Pasar utama Turki juga mencatat penurunan pengunjung signifikan, khususnya dari Rusia yang berkurang sekitar 5,2 persen dan Jerman yang menurun drastis sebesar 18,1 persen. Negara lain seperti Bulgaria dan Inggris juga mengalami penurunan kunjungan.
Peningkatan tarif pajak atas kebutuhan pokok seperti makanan, energi, dan produk impor menjadi salah satu faktor yang turut meningkatkan biaya operasional bisnis pariwisata. Kondisi ini membuat sektor pariwisata Turki harus lebih berhati-hati dalam menetapkan harga agar tetap kompetitif di tengah persaingan global. Jika tidak, meskipun tingkat hunian hotel tidak turun drastis, margin keuntungan diperkirakan akan semakin tergerus.
Dengan tantangan ekonomi yang sedang dihadapi, Turki perlu menyeimbangkan harga dengan kualitas layanan untuk menjaga posisinya sebagai salah satu destinasi wisata utama dunia. Apabila hal ini tidak diperhatikan dengan serius, Turki berisiko kehilangan keunggulan harga yang selama ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan internasional.(*)