Goa Rangko, Kolam Cahaya di Perut Bumi Labuan Bajo

GOA RANGKO : Kolam cahaya di perut bumi merupakan salah satu destinasi wisata di Labuan Bajo. Foto Net --

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Di balik ketenaran Taman Nasional Komodo dan panorama bahari Pulau Padar, Labuan Bajo ternyata menyimpan sebuah destinasi eksotis yang belum terlalu ramai dijelajahi wisatawan. Namanya Goa Rangko, sebuah gua alam dengan kolam air asin berwarna biru bening yang memikat siapa saja yang berani menelusurinya. Lokasinya tersembunyi, aksesnya tak semudah destinasi utama, namun keindahannya seolah menjadi ganjaran bagi mereka yang bersedia menjelajah lebih jauh.

Untuk menuju ke sana, pengunjung perlu melakukan perjalanan darat dari pusat kota Labuan Bajo menuju dermaga Kampung Ujung atau Pelabuhan Rangko. Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan dengan naik perahu kayu selama kurang lebih 15 hingga 20 menit menyusuri perairan laut Flores. Dari dermaga kecil, wisatawan masih harus berjalan kaki menyusuri jalur batu sejauh sekitar 300 meter menuju pintu gua.

Sepintas, mulut gua tampak seperti celah batu biasa yang tertutup semak. Namun begitu masuk ke dalam, suasana berubah drastis. Udara menjadi lebih sejuk, cahaya matahari mulai redup, dan keheningan gua menyambut setiap langkah. Beberapa meter di dalam gua, terlihat sebuah kolam alami dengan permukaan air berwarna biru kehijauan yang jernih, dikelilingi batu-batu stalaktit dan stalagmit yang telah terbentuk selama ribuan tahun.

Kolam ini menjadi daya tarik utama Goa Rangko. Airnya asin, meski gua berada cukup jauh dari bibir pantai. Hal ini karena terdapat saluran bawah tanah yang menghubungkannya dengan laut. Namun, rasa airnya tetap terasa lebih segar dibandingkan laut terbuka. Suhu air yang cenderung hangat menjadikannya nyaman untuk berenang.

Untuk berwisata ke Goa Rangko baiknya antara pukul 12.00-14.00 WITA, karena pada jam-jam tersebut, sinar matahari menyusup melalui celah di langit-langit gua, menembus kegelapan dan menciptakan pantulan cahaya yang luar biasa indah di permukaan air. Efek pencahayaan ini menjadikan air tampak berkilauan seperti kristal, memantulkan rona biru dan hijau yang magis. Fenomena ini hanya berlangsung singkat, namun cukup untuk memberikan pengalaman visual yang sulit dilupakan.

Pengalaman berenang di kolam ini sangat berbeda dibandingkan berenang di kolam renang biasa atau laut terbuka. Di Goa Rangko, suasananya sunyi, hanya terdengar percikan air dan suara langkah pengunjung. Sensasi menyelam di dalam gua dengan cahaya temaram dan formasi batuan alami di sekeliling memberikan nuansa petualangan yang sekaligus menenangkan.

Dinding-dinding gua dipenuhi ornamen alam berupa stalaktit yang menggantung dan stalagmit yang menjulang. Beberapa pengunjung memilih duduk di bebatuan besar yang ada di pinggir kolam sambil menikmati suasana tenang, sementara yang lain asyik mengabadikan momen dengan kamera. Tempat ini juga sering disebut sebagai “Blue Grotto-nya Labuan Bajo” oleh sebagian wisatawan karena kemiripannya dengan gua laut di Italia.

Pemerintah daerah bersama masyarakat setempat kini tengah berupaya memperkenalkan Goa Rangko sebagai destinasi alternatif yang mengedepankan pariwisata berbasis konservasi.

Selain menjaga kelestarian gua, edukasi kepada pengunjung juga terus dilakukan. Para pemandu lokal tak hanya mengantar, tetapi juga menjelaskan asal-usul gua, jenis-jenis batuan, serta pentingnya menjaga lingkungan. Dalam jangka panjang, konsep ekowisata ini diharapkan mampu menjadi contoh pengelolaan destinasi yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan nilai-nilai budaya dan alam setempat.

Goa Rangko menjadi ruang refleksi alam yang mengajak setiap pengunjung untuk menghargai keajaiban yang tersembunyi di balik tanah dan batu. Keindahan yang tidak mencolok, tetapi mampu meninggalkan kesan mendalam.(yayan/*)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan