Radarlambar.bacakoran.co Israel bersiap melakukan serangan militer baru terhadap Iran jika negara tersebut kembali mengaktifkan program nuklirnya. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa Amerika Serikat akan memberikan izin untuk tindakan tersebut dalam kondisi tertentu, terutama jika Teheran mulai membangun ulang fasilitas nuklir atau memindahkan persediaan uranium yang disembunyikan di bawah tanah.
Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, menyampaikan hal ini setelah serangkaian pertemuan dengan pejabat tinggi AS di Washington, termasuk Wakil Presiden, Menteri Luar Negeri, dan utusan AS untuk Timur Tengah. Dalam pertemuan tersebut, Gedung Putih diyakini mendukung serangan lanjutan apabila Iran kembali memperkaya uranium atau menggeser bahan nuklir dari lokasi yang sebelumnya telah dibom oleh Amerika Serikat.
Pada serangan gabungan bulan sebelumnya, AS menggunakan bom penghancur bunker untuk menarget tiga situs nuklir utama Iran di Natanz, Isfahan, dan Fordow. Situs-situs ini adalah fasilitas bawah tanah yang diyakini menyimpan uranium yang telah diperkaya hingga hampir tingkat senjata. Meski demikian, ada dugaan uranium tersebut sudah dipindahkan sebelum serangan terjadi, meskipun pemerintah AS membantah klaim ini dan menyatakan bahwa persediaan uranium tersebut turut hancur. Setelah serangan, AS juga berhasil menengahi gencatan senjata yang mengakhiri perang 12 hari antara Iran dan Israel.
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat mengadakan pertemuan dan makan malam bersama di Gedung Putih. Dalam kesempatan itu, keduanya memuji keberhasilan operasi serangan terhadap situs nuklir Iran, meski mengakui risiko terjadinya konflik lebih lanjut jika Iran tidak menjaga perdamaian. Netanyahu disebut-sebut meminta izin dari Trump untuk mengambil tindakan militer terhadap aktivitas nuklir Iran di masa mendatang dengan mandat yang mirip seperti yang diberikan pada operasi di Lebanon. Hal ini mencakup persetujuan awal untuk bertindak jika ada indikasi aktivitas mencurigakan atau pemindahan uranium dari lokasi yang sudah dibom.
Selain kesiapan militer, Israel juga mendorong pembentukan mekanisme pengawasan yang dipimpin AS guna mencegah Iran membangun kembali program nuklirnya. Israel ingin agar mekanisme sanksi otomatis (snapback sanctions) kembali diberlakukan terhadap Iran karena dianggap tidak kooperatif dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Inspektur IAEA sempat meninggalkan Iran pekan lalu dengan alasan keamanan, sementara Iran telah menandatangani undang-undang yang menangguhkan kerja sama dengan badan nuklir PBB tersebut. (*)